Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,57% pada perdagangan hari ini dan bergerak di kisaran 8.568. Tekanan terutama datang dari saham-saham berkapitalisasi besar, dengan BBCA menjadi salah satu pemberat utama pergerakan indeks sejak sesi awal.
Pada penutupan perdagangan Jumat, IHSG tercatat melemah dan bergerak fluktuatif sepanjang hari. Indeks sempat tertekan hingga area 8.562 sebelum akhirnya bertahan di kisaran 8.600-an. Tekanan datang dari dominasi saham yang terkoreksi, terutama dari sektor perbankan dan saham berkapitalisasi besar. Data bursa menunjukkan jumlah saham yang melemah jauh lebih banyak dibandingkan yang menguat, meski nilai transaksi tergolong tinggi.
Menariknya, aktivitas transaksi besar justru muncul di tengah koreksi. Saham Bangun Kosambi Sukses (CBDK) mencatat transaksi jumbo senilai sekitar Rp5 triliun di pasar negosiasi. Di pasar reguler, Bumi Resources (BUMI) kembali menjadi primadona dengan nilai transaksi tertinggi. Fenomena ini mengindikasikan adanya rotasi portofolio, bukan aksi jual panik.
Klik BBCA untuk update berita tentang BBCA dan saham lainnya!
Dari sisi sektoral, hampir seluruh sektor tertekan. Konsumer non-primer, utilitas, dan teknologi menjadi penyumbang pelemahan terbesar. Hanya sektor energi yang masih mampu bertahan di zona hijau, sejalan dengan sentimen harga komoditas yang relatif stabil. Saham-saham big caps seperti BBCA, TLKM, hingga BREN menjadi pemberat utama laju IHSG hari ini.
Tekanan terhadap pasar saham domestik tak bisa dilepaskan dari dinamika global. Fokus investor tertuju pada Jepang, yang hari ini merilis data inflasi nasional. Inflasi Negeri Sakura diproyeksikan bertahan di level tinggi sekitar 3% secara tahunan, dipicu oleh kenaikan biaya energi dan impor. Kondisi ini memperkuat spekulasi bahwa Bank of Japan (BoJ) akan melanjutkan langkah normalisasi kebijakan moneternya.

Pasar menilai peluang kenaikan suku bunga acuan BoJ semakin terbuka. Jika benar terjadi, kebijakan ini akan menjadi langkah bersejarah setelah puluhan tahun Jepang bertahan dengan suku bunga ultra-rendah. Surplus neraca perdagangan Jepang yang solid turut memperkuat keyakinan bahwa ekonominya cukup kuat menghadapi biaya pinjaman yang lebih tinggi.
Dampaknya, investor global mulai bersiap menghadapi volatilitas nilai tukar yen dan potensi pergeseran arus modal, termasuk dari strategi carry trade. Kondisi inilah yang membuat investor di pasar berkembang, termasuk Indonesia, cenderung menahan diri.
Baca juga: Perubahan Arah Dana Asing, 2026 Bisa Mengubah Nasib BBCA dan BMRI
Di tengah tekanan, masih ada saham yang mencuri perhatian dengan penguatan signifikan, seperti BNLI, DSSA, hingga AMMN. Sebaliknya, saham-saham LQ45 seperti SCMA, INCO, dan KLBF harus rela terkoreksi lebih dalam. Ini menunjukkan pasar mulai lebih selektif dan tidak lagi bergerak seragam.
Koreksi IHSG hari ini bukan sinyal kepanikan, melainkan cerminan kehati-hatian pasar menghadapi arah kebijakan global yang belum sepenuhnya jelas. Bagi investor, momentum seperti ini bisa menjadi waktu untuk mengevaluasi portofolio, memperkuat saham berfundamental solid, dan tidak terburu-buru mengambil keputusan. Di pasar yang sensitif terhadap sentimen global, strategi bertahan sering kali sama pentingnya dengan keberanian mengambil peluang.
Klik mureks untuk tahu artikel menarik lainnya!






