Keuangan

Saham WIFI Anjlok 21,88 Persen dalam Seminggu, Manajemen Sebut Fase Ekspansi Krusial

Advertisement

Saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) atau Surge, emiten yang terafiliasi dengan Hashim Djojohadikusumo, mengalami tekanan signifikan sepanjang pekan ini. Harga saham WIFI anjlok lebih dari 20 persen, namun manajemen perseroan menegaskan bahwa koreksi ini merupakan bagian dari fase ekspansi besar-besaran yang tengah dijalankan.

Pada 10 Desember 2025, saham WIFI masih berada di level Rp 4.250. Namun, per 18 Desember kemarin, harga saham emiten telekomunikasi ini merosot tajam menjadi Rp 3.320, mencatatkan penurunan sebesar 21,88%. Selama periode 12-18 Desember, saham WIFI juga dibayangi aksi jual bersih investor asing yang mencapai Rp 408,64 miliar.

Penurunan harga saham ini terjadi setelah WIFI merilis laporan keuangan auditan untuk periode sembilan bulan pertama 2025. Meskipun perseroan mencatatkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 260 miliar, meningkat 71% dibandingkan periode Januari-September 2024 yang sebesar Rp 152 miliar, pasar merespons data kuartalan.

Berdasarkan data aplikasi Stockbit Sekuritas, laba bersih Solusi Sinergi Digital untuk kuartal III-2025 saja hanya mencapai Rp 32 miliar. Angka ini merosot signifikan dibandingkan laba bersih kuartal II-2025 yang mencapai Rp 145 miliar, menjadi pemicu utama reaksi pasar.

Respons Manajemen: “Fase Menanam”

Menanggapi kondisi tersebut, Direksi Solusi Sinergi Digital, Shannedy Ong, menjelaskan bahwa koreksi harga saham yang terjadi belakangan ini tidak mencerminkan pelemahan fundamental. Menurutnya, hal ini lebih merupakan penyesuaian pasar atas fase ekspansi besar-besaran yang tengah dijalankan perseroan.

“Peningkatan beban bunga yang tercermin pada laporan laba rugi kuartal III-2025 merupakan biaya pertumbuhan. Dana obligasi tersebut kami gunakan sepenuhnya untuk investasi infrastruktur jaringan yang produktif. Ini adalah fase menanam sebelum perseroan memasuki fase panen pendapatan di periode mendatang,” ujar Shannedy Ong dalam konferensi pers, belum lama ini. Sepanjang 2025, WIFI memang meningkatkan belanja modal secara signifikan, antara lain melalui penerbitan obligasi, sehingga total utang obligasi melonjak dari sekitar Rp 600 miliar menjadi Rp 2,5 triliun.

Proyeksi Ekspansi dan Target Pasar

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) atau Surge, yang juga dikenal sebagai emiten milik Hashim Djojohadikusumo, adik Presiden Prabowo Subianto, berencana melakukan ekspansi besar untuk menopang pertumbuhan di masa mendatang. Perseroan menargetkan potensi keuntungan yang besar dari langkah ini.

Advertisement

WIFI telah memperoleh spektrum 5G FWA (fixed wireless access) di Region 1 dan memulai pemasarannya pada November 2025. Selanjutnya, pada Januari 2026, WIFI berencana meluncurkan layanan secara komersial dengan target 5 juta pelanggan pada 2026, di mana 900 ribu di antaranya telah melakukan pra-registrasi.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Jonathan Guyadi dan Jason Sebastian, dalam risetnya yang dikutip pada Kamis (18/12/2025), memperkirakan bahwa FWA 5G akan memberikan kontribusi signifikan. “Kami memperkirakan FWA 5G akan berkontribusi Rp 904 miliar terhadap EBITDA dan Rp 356 miliar terhadap laba bersih WIFI pada 2026,” tulis mereka.

Untuk bisnis FTTH (fiber to the home), WIFI menargetkan 5 juta homepass dan 3 juta koneksi, dengan tingkat adopsi sekitar 60%. Target ini akan didukung oleh penambahan 2.000 km jaringan backbone di Sumatra yang akan dimulai pada kuartal I-2026.

Bisnis FTTH sendiri telah menjadi penyokong kinerja Surge atau WIFI pada kuartal III-2025. Perseroan membukukan pendapatan Rp 501 miliar pada kuartal tersebut, melonjak 77,9% secara kuartalan (qoq) atau 155,9% secara tahunan (yoy). Lonjakan ini didorong oleh penambahan sekitar 400 ribu pelanggan baru ‘Starlite’, sehingga total pelanggan hingga September 2025 mencapai 800 ribu dan homepass sebanyak 1,5 juta.

“Capaian itu mendorong pendapatan selama 9 bulan pada 2025 menjadi Rp 1 triliun atau meningkat 101% yoy – setara dengan 74,4% dari estimasi setahun penuh yang telah kami revisi dan 61,8% dari konsensus pasar,” ungkap Jonathan.

Advertisement