Keputusan Bank Indonesia menahan suku bunga sering kali terdengar “biasa saja”. Tapi kali ini, pasar bereaksi cepat. Sehari setelah BI memastikan suku bunga acuan tetap di level 4,75%, saham-saham bank jumbo langsung bergerak naik. Apakah ini sekadar euforia sesaat, atau sinyal awal tren yang lebih panjang?
Pada perdagangan siang Kamis (18/12/2025), empat saham bank besar bergerak seirama ke zona hijau. BBCA dan BMRI mencatat penguatan paling mencolok, disusul BBRI dan BBNI yang ikut menguat meski dengan laju lebih moderat.
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan harga saham bank-bank besar tersebut adalah sebagai berikut:
- BBCA naik 2,49% ke level Rp8.225 per saham
- BMRI menguat 2,48% ke Rp5.150 per saham
- BBRI naik 1,86% ke Rp3.820 per saham
- BBNI menguat 1,14% ke Rp4.420 per saham
Kompaknya penguatan ini menjadi perhatian pelaku pasar, terutama karena terjadi tepat setelah BI mengumumkan sikap kebijakan moneternya.
Klik BBCA untuk update berita tentang BBCA dan saham lainnya!
Mengapa Keputusan BI Jadi Katalis?

Dalam Rapat Dewan Gubernur pada 16–17 Desember 2025, Bank Indonesia memutuskan untuk menahan BI Rate di 4,75%, dengan suku bunga Deposit Facility tetap di 3,75% dan Lending Facility di 5,5%.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa kebijakan ini diambil untuk menjaga stabilitas, terutama di tengah dinamika global yang masih penuh ketidakpastian. Bagi pasar, pesan yang ditangkap cukup jelas: BI memilih jalur aman, tanpa mengejutkan investor.
Samuel Sekuritas menilai keputusan ini memperkuat narasi bahwa stabilitas nilai tukar dan arus modal tetap menjadi prioritas utama. Rupiah yang relatif terjaga, ditopang cadangan devisa yang solid, dinilai mampu menekan risiko volatilitas berlebihan.
Menurut riset Samuel Sekuritas, stabilitas rupiah memberi efek berantai ke pasar saham. Biaya impor bahan baku bisa lebih terkendali, aktivitas manufaktur lebih terjaga, dan kepercayaan investor pun meningkat meski tidak merata ke semua sektor.
Dalam konteks ini, sektor perbankan justru berada di posisi strategis. Dengan struktur bisnis yang sensitif terhadap arah suku bunga dan arus modal, bank-bank besar menjadi pilihan utama saat pasar mencari kepastian, bukan spekulasi.
Baca juga: Perubahan Arah Dana Asing, 2026 Bisa Mengubah Nasib BBCA dan BMRI
Mayoritas Masih Optimistis

Optimisme pasar juga tercermin dari rekomendasi analis global. Berdasarkan konsensus Bloomberg per 18 Desember 2025, mayoritas analis masih memberikan rekomendasi buy untuk saham-saham bank jumbo.
1. BBCA
Sebanyak 36 analis merekomendasikan buy, dengan target harga konsensus 12 bulan ke depan di Rp10.501 per saham. Bahkan, beberapa analis lebih agresif. Analis DBS Bank, Muhammad Nurkholis Syafruddin, mematok target Rp12.000, sementara Mandiri Sekuritas menilai BBCA masih layak di Rp11.000.
2. BMRI
BMRI juga mendapat dukungan kuat dengan 31 rekomendasi buy. Target harga konsensus berada di Rp5.487 per saham. Citi melihat potensi BMRI hingga Rp5.400, sedangkan Verdhana Sekuritas lebih optimistis dengan target Rp6.000.
3. BBRI
Untuk BBRI, mayoritas analis menilai saham ini masih menarik, dengan target harga konsensus Rp4.604. Autonomous Research memberi peringkat outperform dengan target Rp4.500, sementara Yuanta bahkan melihat potensi hingga Rp5.400.
4. BBNI
BBNI tak ketinggalan. Dengan dominasi rekomendasi buy, target harga konsensus berada di Rp5.128. CLSA memberi rating accumulate dengan target Rp5.400, sedangkan CGS International mematok Rp5.300.
Meski kenaikan harga saham terjadi dalam satu sesi, banyak pelaku pasar menilai pergerakan ini bukan sekadar reaksi jangka pendek. Keputusan BI menahan suku bunga memberi sinyal kepastian kebijakan, sesuatu yang sangat dibutuhkan investor di tengah ketidakpastian global.
Jika stabilitas ini berlanjut dan ekspektasi pelonggaran moneter ke depan semakin kuat, saham bank jumbo berpotensi tetap menjadi tujuan utama dana, baik domestik maupun asing.
Kenaikan saham bank setelah keputusan BI mungkin baru langkah awal. Pertanyaannya apakah kamu sudah siap memanfaatkan momentum stabilitas ini? Pantau pergerakan suku bunga, cermati laporan keuangan bank, dan pastikan strategi investasimu tidak sekadar ikut euforia tapi berbasis arah kebijakan yang jelas.
Klik mureks untuk tahu artikel menarik lainnya!






