Nilai tukar rupiah menguat signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat, 19 Desember 2025. Penguatan ini terjadi setelah rilis data inflasi AS yang menunjukkan angka lebih rendah dari proyeksi pasar.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.19 WIB di pasar spot exchange, rupiah tercatat menguat 13 poin atau 0,08%. Posisi rupiah berada di level Rp 16.710 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau stabil di level 98,42.
Penguatan ini membalikkan kondisi perdagangan sebelumnya. Pada Kamis (18/12/2025), nilai tukar rupiah ditutup melemah 29 poin, berada di level Rp 16.723 per dolar AS.
Inflasi AS Melandai, Harapan Penurunan Suku Bunga Menguat
Pemicu utama penguatan pasar adalah laporan indeks harga konsumen (CPI) AS periode November. Biro Statistik Tenaga Kerja AS (Bureau of Labor Statistics/BLS) merilis data inflasi utama sebesar 2,7% secara tahunan.
Angka tersebut lebih rendah dari proyeksi ekonom yang disurvei Dow Jones, yakni 3,1%. Inflasi inti (core CPI), yang tidak memasukkan komponen pangan dan energi, juga tercatat 2,6% dalam 12 bulan terakhir, di bawah perkiraan pasar sebesar 3%.
Data inflasi yang melandai ini memperkuat harapan pelaku pasar akan meredanya tekanan inflasi. Kondisi ini juga membuka ruang bagi Bank Sentral AS untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga pada tahun 2026.
Konteks Rilis Data Inflasi Pasca-Penutupan Pemerintahan
Laporan CPI November ini merupakan rilis data inflasi pertama sejak berakhirnya penutupan pemerintahan AS bulan lalu. Sebelumnya, BLS membatalkan rilis data inflasi Oktober akibat shutdown terpanjang dalam sejarah AS.
Akibatnya, laporan terbaru ini tidak memuat seluruh komponen pembanding seperti laporan CPI pada umumnya. Meskipun demikian, data yang dirilis tetap memberikan indikasi positif terhadap kondisi ekonomi AS.






