Harga batu bara global mayoritas bergerak melemah pada perdagangan Jumat, 19 Desember 2025, di tengah tekanan prospek permintaan jangka panjang. Namun, di sisi lain, ekspor batu bara global justru mencatatkan kenaikan signifikan.
Dinamika Harga Batu Bara Global
Kontrak batu bara acuan Newcastle untuk pengiriman Desember 2025 tercatat naik tipis US$ 0,1 menjadi US$ 108,4 per ton. Sebaliknya, kontrak Januari 2026 turun US$ 0,3 ke level US$ 105,75 per ton, dan kontrak Februari 2026 melemah US$ 0,35 menjadi US$ 106,35 per ton.
Sementara itu, harga batu bara Rotterdam kontrak Desember 2025 menguat US$ 0,2 menjadi US$ 96,6 per ton. Namun, kontrak Januari 2026 turun US$ 0,1 menjadi US$ 96,1 per ton, dan Februari 2026 melemah US$ 0,05 ke level US$ 95,3 per ton.
Ekspor Global Meningkat Ditopang Australia dan AS
Di tengah pelemahan harga, data dari BigMint menunjukkan bahwa ekspor batu bara global melalui jalur laut (seaborne coal) justru mengalami kenaikan sebesar 5,6% secara mingguan (week-on-week/w-o-w).
Pada pekan yang berakhir 12 Desember 2025, total volume ekspor mencapai 18,36 juta ton, naik dari 17,39 juta ton pada pekan sebelumnya. Kenaikan ini terutama ditopang oleh lonjakan pengapalan dari Australia dan Amerika Serikat (AS).
Meskipun demikian, peningkatan volume global ini belum sepenuhnya diikuti oleh penguatan sentimen pasar. Hal ini terlihat dari melemahnya tarif angkutan laut dan sikap beli importir yang masih berhati-hati.
Lonjakan Ekspor Australia
Australia mencatatkan lonjakan ekspor batu bara yang signifikan, yakni sebesar 32,9% w-o-w, mencapai 7,85 juta ton dari sebelumnya 5,91 juta ton. Peningkatan ini didorong oleh kelancaran pemuatan di sejumlah pelabuhan utama pantai timur.
- Pelabuhan Newcastle menyumbang 3,33 juta ton.
- Pelabuhan Gladstone mencatatkan 1,49 juta ton.
- Dalrymple Bay Coal Terminal (DBCT) berkontribusi 1,43 juta ton.
Jepang dan China menjadi tujuan utama ekspor batu bara Australia, dengan volume masing-masing 2,69 juta ton dan 2,15 juta ton. Glencore tercatat sebagai pengirim terbesar dengan total 1,03 juta ton.
Prospek ke depan, cuaca yang lebih kondusif dan berkurangnya gangguan jalur kereta pada awal 2026 diperkirakan akan mendukung stabilitas ekspor Australia. Namun, melemahnya permintaan musiman di Asia Timur Laut dan harga yang lebih lunak berpotensi membatasi kenaikan lanjutan.
Penurunan Ekspor dari Indonesia
Berbanding terbalik dengan Australia, ekspor batu bara Indonesia justru tercatat turun 13,6% secara mingguan, menjadi 6,61 juta ton dari 7,65 juta ton pada pekan sebelumnya.
Pelemahan ini dipicu oleh menurunnya minat beli dari pasar utama seperti India dan China, di tengah melemahnya permintaan kawasan Pasifik serta kondisi freight yang lebih lunak.
Beberapa pelabuhan utama Indonesia yang terlibat dalam pengapalan meliputi:
- Pelabuhan Taboneo memimpin dengan volume 1,29 juta ton.
- Disusul Pelabuhan Bunati dengan 0,88 juta ton.
- Pelabuhan Samarinda mencatatkan 0,80 juta ton.
Meskipun operasional pelabuhan relatif lancar dan pasokan kargo mencukupi, lemahnya permintaan hilir masih menjadi faktor pembatas volume ekspor Indonesia.






