Keuangan

Warren Buffett Jual Saham 12 Kuartal Berturut, Timbun Rekor Kas US$381 Miliar: Sinyal Bahaya Pasar?

Advertisement

Warren Buffett, investor legendaris sekaligus Chairman dan Chief Executive Officer Berkshire Hathaway, dikenal luas karena kecintaannya pada saham. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ia justru lebih banyak melepas kepemilikan sahamnya daripada membeli.

Buffett tercatat telah menjadi penjual bersih (net seller) saham selama 12 kuartal berturut-turut. Langkah ini dapat diinterpretasikan sebagai sebuah peringatan serius bagi Wall Street, terutama di tengah lonjakan indeks S&P 500 yang signifikan.

Indeks patokan utama AS tersebut, yang banyak didorong oleh saham-saham Kecerdasan Buatan (AI), telah melonjak 53% dalam dua tahun terakhir dan diproyeksikan akan mencatat kenaikan dua digit lagi pada tahun ini. Alih-alih ikut dalam euforia pembelian, Buffett justru mengisyaratkan investor untuk lebih berhati-hati.

Selain menjual saham, Buffett juga menimbun tumpukan uang tunai yang mencapai rekor tertinggi, yakni lebih dari US$381 miliar, di Berkshire Hathaway. Meskipun demikian, investor terus membanjiri pasar saham, mendorong S&P 500 mencapai rekor baru. Menjelang tahun 2026, muncul pertanyaan krusial: apakah sudah waktunya untuk mendengarkan peringatan dari Buffett ini?

Valuasi Tinggi Memicu Kehati-hatian Investor

Para investor menaruh perhatian besar pada setiap langkah Buffett karena rekam jejaknya yang luar biasa. Selama hampir enam dekade, Buffett berhasil memandu Berkshire Hathaway mencapai imbal hasil yang melampaui pasar berkat filosofi value investing atau investasi nilai.

Filosofi ini menekankan pemilihan perusahaan berkualitas dengan harga yang wajar, bukan sekadar mengikuti tren pasar. Alasan utama di balik kehati-hatian Buffett kemungkinan besar terkait dengan valuasi pasar yang dinilai terlalu tinggi.

Rasio S&P 500 Shiller CAPE, yang merupakan indikator valuasi jangka panjang, telah mencapai level tertinggi kedua dalam sejarah. Level tertinggi pertamanya terjadi saat gelembung dot-com meledak, sebuah indikasi kuat bahwa secara keseluruhan, saham saat ini diperdagangkan dengan harga yang mahal.

Buffett sendiri dikenal tidak akan pernah membayar lebih untuk sebuah saham. Ia justru secara konsisten mencari perusahaan yang diperdagangkan di bawah nilai intrinsiknya.

Advertisement

Kisah Gelembung dan Vulnerabilitas Pasar

Saat ini, komunitas investasi cenderung mengabaikan peringatan valuasi, terutama dengan membanjiri saham-saham AI dan pertumbuhan lainnya dengan harga yang tinggi. Meskipun kekhawatiran tentang potensi gelembung AI sempat mereda setelah adanya kabar positif mengenai permintaan, perlu dicatat bahwa ketika valuasi mencapai level ekstrem, pasar menjadi sangat rentan.

Setiap kekecewaan dari kinerja perusahaan atau berita ekonomi negatif dapat dengan cepat memicu keraguan investor tentang keberlanjutan valuasi tersebut. Sejarah telah berulang kali menunjukkan bahwa penurunan tajam pada S&P 500 umumnya mengikuti puncak valuasi yang ekstrem.

Oleh karena itu, menjelang tahun baru, mengikuti jejak Buffett dan berinvestasi dengan hati-hati adalah langkah yang bijak. Kata kunci di sini adalah “berinvestasi,” yang berarti investor harus tetap mencari peluang berkualitas, namun dengan tetap memperhatikan pesan yang telah diulang Buffett selama 12 kuartal: waspadai harga yang terlalu mahal.

Sikap Warren Buffett yang secara konsisten menjadi net seller selama 12 kuartal mencerminkan ketegangan mendasar antara filosofi value investing yang ia anut dengan euforia investasi pertumbuhan (growth investing) yang mendominasi pasar saat ini, didorong oleh sektor AI.

Di masa lalu, value investing cenderung tertinggal selama periode bull market yang didorong oleh spekulasi, seperti gelembung dot-com pada tahun 2000, sebelum akhirnya terbukti lebih superior ketika gelembung tersebut pecah.

Keputusan Buffett untuk mempertahankan rekor tumpukan uang tunai di Berkshire Hathaway adalah strategi war chest atau dana perang klasik. Ini bukan hanya untuk melindungi modal dari potensi penurunan pasar, tetapi juga untuk memposisikan perusahaan agar siap melakukan akuisisi besar-besaran saat terjadi kemerosotan harga, sesuai dengan pepatah terkenalnya.

“Jadilah takut ketika orang lain serakah, dan serakah ketika orang lain takut,” kata investor legendaris Warren Buffett. Tindakan net selling yang dilakukan Buffett adalah sinyal paling jelas bahwa ia melihat harga aset saat ini didorong oleh keserakahan, bukan oleh nilai intrinsik yang mendasar.

Advertisement