PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA) atau Moratelindo dan PT Eka Mas Republik (MyRepublic Indonesia) secara resmi menyepakati penggabungan usaha (merger). Langkah strategis ini bertujuan untuk mempercepat pemerataan dan penguatan ekosistem digital nasional.
Dalam transaksi ini, Moratelindo akan menjadi entitas yang bertahan dan direncanakan berganti nama menjadi PT Ekamas Mora Republik Tbk. Proses penyelesaian merger ini ditargetkan rampung pada semester pertama tahun 2026.
Setelah merger efektif, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), yang merupakan induk dari MyRepublic Indonesia, akan menjadi pemegang saham pengendali secara tidak langsung di PT Ekamas Mora Republik sebagai entitas hasil penggabungan. Aksi korporasi ini telah memperoleh persetujuan Direksi dan Dewan Komisaris masing-masing perusahaan, serta masih menunggu restu regulator dan pemegang saham.
Wakil Direktur Utama Moratelindo, Genta Andhika Putra, menjelaskan bahwa perseroan akan menerbitkan 24,12 miliar saham baru kepada pemegang saham PT Eka Mas Republik dalam rangka merger ini. Jumlah tersebut setara dengan 50,50% dari total saham setelah merger, yang akan mengakibatkan dilusi pada porsi yang sama bagi pemegang saham lama MORA.
“Moratelindo tetap menjadi entitas yang bertahan, sementara MyRepublic Indonesia bergabung ke dalam entitas baru bernama PT Ekamas Mora Republik Tbk,” ujar Genta dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (18/12/2025).
Presiden Direktur Dian Swastatika Sentosa, Krisnan Cahya, menambahkan bahwa merger ini selaras dengan agenda transformasi digital nasional. Menurutnya, penguatan jaringan dan keberlanjutan ekspansi merupakan kunci untuk mendorong ekosistem digital yang inklusif dan berkelanjutan.
“Saya percaya, merger ini merupakan langkah strategis untuk mendukung agenda digital Indonesia dalam percepatan dan pemerataan ekosistem digital di tanah air,” jelas Krisnan.
Direktur Utama dan CEO Moratelindo, Jimmy Kadir, menilai merger ini bersifat transformasional karena memperkuat posisi perseroan di industri infrastruktur digital. “Sinergi cakupan jaringan dan kapasitas infrastruktur akan menghadirkan layanan yang lebih stabil, cepat, dan luas, sekaligus mempercepat ekspansi jaringan secara optimal,” ujarnya.
Senada, Direktur Utama dan CEO MyRepublic Indonesia, Timotius Max Sulaiman, menekankan potensi sinergi finansial melalui efisiensi biaya dan penghindaran duplikasi belanja modal. “Optimalisasi utilisasi aset jaringan dari backbone hingga last mile akan membuka ruang pertumbuhan yang lebih besar dan berkelanjutan,” imbuhnya.
Sinergi Jaringan dan Pelanggan
Dari sisi operasional, kedua perusahaan membawa kekuatan jaringan yang saling melengkapi. Hingga September 2025, Moratelindo mengoperasikan lebih dari 57 ribu kilometer jaringan serat optik, enam pusat data berkapasitas 3,3 MW, dengan 16,8 ribu pelanggan enterprise, hampir 1 juta homepass, serta lebih dari 296 ribu pelanggan ritel.
Sementara itu, MyRepublic Indonesia sebagai pemain utama FTTH melayani lebih dari 1,52 juta pelanggan ritel, memiliki jaringan serat optik lebih dari 58 ribu kilometer, dan 8,7 juta homepass, dengan layanan internet hingga 1 Gbps.
Sebagai bagian dari transaksi, Redpeak Advisers ditunjuk sebagai penasihat keuangan eksklusif. Manajemen kedua perusahaan memastikan bahwa proses integrasi akan dijalankan secara profesional untuk menjaga keberlanjutan layanan bagi pelanggan, karyawan, dan mitra usaha.






