Keuangan

Terhindar dari Jeratan Utang: Panduan Lengkap Mengelola Keuangan Rumah Tangga di Tengah Kenaikan Biaya Hidup

Rabu, 31 Desember 2025 – Isu utang rumah tangga semakin relevan di tengah kenaikan biaya hidup yang terus terjadi, suku bunga yang belum sepenuhnya turun, serta kemudahan akses kredit. Di Indonesia, indikator survei menunjukkan porsi pendapatan yang terserap cicilan atau utang perlu dicermati secara serius.

Proporsi Pendapatan untuk Konsumsi dan Utang

Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada November 2025 melaporkan, rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi (average propensity to consume ratio) tercatat 74,6 persen. Sementara itu, proporsi pembayaran cicilan atau utang (debt to income ratio) mencapai 11,0 persen, dan proporsi pendapatan konsumen yang disimpan (saving to income ratio) sebesar 14,4 persen.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Proporsi konsumsi terhadap pendapatan relatif stabil. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan proporsi konsumsi pada kelompok pengeluaran Rp 3,1 juta hingga Rp 4 juta dan kurang dari Rp 5 juta. Kondisi ini diiringi oleh penurunan pada kelompok pengeluaran Rp 2,1 juta hingga Rp 3 juta.

Pada kelompok pengeluaran Rp 1 juta hingga Rp 2 juta, proporsi konsumsi relatif stabil di angka 76,5 persen. Di sisi lain, porsi pendapatan yang ditabung mengalami kenaikan pada kelompok pengeluaran Rp 3,1 juta hingga Rp 4 juta, yakni 14,3 persen, dan pada kelompok Rp 4,1 juta hingga Rp 5 juta sebesar 14,6 persen. Namun, kelompok pengeluaran di atas Rp 5 juta justru mengalami penurunan porsi tabungan menjadi 15,9 persen.

Lonjakan Pinjaman Online dan Risiko Kredit Bermasalah

Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Oktober 2025 menunjukkan lonjakan signifikan pada outstanding pinjaman daring (pindar) atau pinjaman online (pinjol) yang mencapai Rp 92,92 triliun. Angka ini juga dibarengi dengan tingkat kredit bermasalah di atas 90 hari (TWP90) yang menyentuh 2,76 persen.

Meskipun angka-angka tersebut tidak otomatis berarti krisis di tingkat rumah tangga, data ini menegaskan pentingnya sistem pengelolaan utang yang baik. Tanpa sistem yang terencana, cicilan utang berpotensi “memakan” ruang belanja rutin, dana darurat, bahkan menghambat pencapaian tujuan keuangan jangka panjang.

Strategi Mengelola Utang Rumah Tangga agar Keuangan Tetap Sehat

Berikut adalah beberapa cara efektif untuk mengelola utang rumah tangga demi menjaga kesehatan finansial Anda:

1. Buat Peta Utang: Pahami Posisi Keuangan Anda

Kesalahan umum yang sering terjadi saat utang mulai menumpuk adalah hanya berfokus pada satu cicilan yang paling “mengganggu” tanpa melihat gambaran utang secara keseluruhan. Pendekatan yang lebih terstruktur adalah membuat peta utang keluarga yang komprehensif. Peta ini harus mencakup detail sebagai berikut:

  • Jenis utang (KPR, KKB, kartu kredit, paylater/pinjol, pinjaman karyawan, pinjaman keluarga)
  • Sisa pokok utang
  • Bunga efektif
  • Tenor pinjaman
  • Cicilan minimum per bulan
  • Denda atau klausul jika terjadi keterlambatan pembayaran
  • Jaminan (jika ada)

Pemetaan ini krusial karena dua jenis utang dengan cicilan bulanan yang sama bisa memiliki “biaya” yang sangat berbeda. Sebagai contoh, kartu kredit dengan bunga tinggi akan menggerus arus kas lebih agresif dibandingkan cicilan KPR yang berbunga lebih rendah. CBS News bahkan menekankan bahwa bukan hanya besarnya utang yang menjadi masalah, melainkan “utang kecil berbunga tinggi” yang justru memberikan tekanan terbesar pada anggaran rumah tangga.

2. Tetapkan Batas Aman Cicilan: Hindari “Kuat-kuatan” di Akhir Bulan

Menetapkan batas aman cicilan adalah langkah praktis bagi rumah tangga. Batas ini umumnya diukur sebagai rasio cicilan terhadap penghasilan bersih bulanan. Banyak bank menggunakan ukuran serupa saat menilai kelayakan kredit calon nasabah. Dengan menetapkan batas ini, Anda dapat memastikan bahwa pembayaran utang tidak melebihi kapasitas finansial dan tidak mengganggu kebutuhan esensial lainnya.

Mureks