Keuangan

Simpan Asset Management Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tetap Positif 2026, Saham Blue Chip Jadi Incaran Investor

Tim Investasi Simpan Asset Management memproyeksikan perekonomian Indonesia pada tahun 2026 akan tetap berada di jalur positif, meskipun di tengah bayang-bayang ketidakpastian global. Laporan Macro Outlook 2026 yang dirilis di Jakarta pada Rabu (31/12/2025) ini juga menyoroti potensi pergeseran strategi investasi, dengan saham-saham berkapitalisasi besar atau blue chip mulai dilirik investor.

Laporan tersebut memetakan sejumlah faktor domestik dan global yang diperkirakan akan memengaruhi kinerja ekonomi dan pasar keuangan sepanjang tahun depan. “Secara umum kami optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dan saham-saham blue chip pada 2026, dengan pandangan netral terhadap pasar obligasi yang relatif stabil,” demikian pernyataan Tim Investasi Simpan Asset Management dalam laporan tersebut.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Proyeksi Ekonomi Domestik yang Terjaga

Dari sisi domestik, pertumbuhan struktural ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2025 tercatat tetap terjaga dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahunan di atas 5 persen. Kondisi positif ini didukung oleh tingkat penetrasi industri yang masih rendah, peningkatan produktivitas, serta faktor demografi yang menguntungkan.

Memasuki tahun 2026, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan mencapai 5,1 persen secara tahunan. Angka ini sejalan dengan kebijakan fiskal dan moneter yang dinilai lebih akomodatif oleh Simpan Asset Management. Inisiatif strategis pemerintah seperti Danantara disebut berpotensi menjadi katalis pertumbuhan jangka panjang, meskipun dampaknya diperkirakan akan berlangsung secara bertahap.

Dinamika Pasar Obligasi Nasional

Sementara itu, pasar obligasi nasional dinilai tetap resilien meskipun dihadapkan pada keluarnya investor asing. Sepanjang tahun 2025, kepemilikan asing atas Surat Berharga Negara (SBN) tercatat turun hingga sekitar 14 persen dari total outstanding.

Meski demikian, pergerakan yield obligasi dinilai tetap terkendali dan relatif stabil, bahkan sempat menurun pada beberapa periode. “Kondisi ini menunjukkan stabilitas pasar obligasi Indonesia semakin ditopang oleh kekuatan investor domestik, bukan semata arus modal asing,” tulis Tim Investasi Simpan Asset Management.

Ke depan, dengan basis investor domestik yang semakin solid, pasar obligasi diperkirakan tetap kokoh. Namun, yield tenor menengah hingga panjang berpotensi mengalami kenaikan bertahap seiring agenda pertumbuhan pemerintah, pelebaran defisit fiskal, serta potensi tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

Prospek Pasar Saham: Rotasi ke Blue Chip

Di pasar saham, tahun 2025 ditandai dengan pencapaian rekor tertinggi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang didorong oleh saham-saham momentum. Sebaliknya, saham-saham blue chip relatif tertinggal akibat minimnya arus dana asing yang masuk.

Dengan valuasi saham blue chip yang kini berada di level terendah dalam beberapa tahun terakhir dan tanda-tanda pemulihan siklus laba, tahun 2026 dinilai membuka peluang terjadinya rotasi arus dana kembali ke saham-saham berkapitalisasi besar tersebut.

Tantangan dan Ketahanan Ekonomi Global

Dari perspektif global, ketahanan ekonomi Amerika Serikat diperkirakan berlanjut hingga tahun 2026. Meskipun sempat diwarnai volatilitas pada awal 2025 akibat ketegangan perdagangan dan kebijakan tarif, sentimen risiko kembali pulih.

Hal ini tercermin dari pencapaian level tertinggi baru indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite, terutama ditopang oleh sektor teknologi dan tema kecerdasan buatan. Namun, valuasi pasar yang sudah tinggi dinilai membuat saham global lebih rentan terhadap kejutan negatif. Oleh karena itu, volatilitas diperkirakan tetap ada dengan potensi imbal hasil yang lebih moderat dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain itu, laporan Simpan Asset Management juga menyoroti berakhirnya era yen carry trade seiring perubahan struktural ekonomi Jepang. Melemahnya dominasi yen sebagai mata uang pendanaan dinilai berpotensi meningkatkan risiko guncangan suku bunga dan nilai tukar global pada tahun 2026.

Sebagai informasi, laporan Macro Outlook 2026 ini disusun untuk membantu investor institusional, wealth, maupun ritel memahami konteks makro yang lebih luas. Tujuannya agar investor tidak bereaksi berlebihan terhadap volatilitas jangka pendek dan tetap fokus pada tujuan investasi jangka panjang.

Mureks