Keuangan

Menteri UMKM: Banjir Impor Masuk Lewat Perusahaan Ekspedisi dan Kargo

Advertisement

Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mengidentifikasi jalur utama masuknya barang-barang impor yang membanjiri pasar domestik. Menurutnya, fenomena ini bukan semata-mata ulah mafia impor, melainkan akibat lemahnya pengawasan terhadap perusahaan ekspedisi dan kargo.

“Ternyata salah satu penyebabnya adalah tidak ada pengawasan yang ketat dan baik terhadap perusahaan-perusahaan ekspedisi dan kargo,” ujar Maman saat ditemui di acara Bisnis Indonesia Group (BIG) Conference di Jakarta, Senin (8/12/2025). Ia menambahkan, “Karena ini semua masuknya melalui perusahaan-perusahaan ekspedisi dan kargo-kargo kita.”

Politikus Partai Golkar itu menjelaskan, para importir kerap membeli barang dalam jumlah besar dari China. Barang-barang tersebut kemudian dibawa masuk ke Indonesia melalui kerja sama dengan perusahaan ekspedisi. Skema ini menyulitkan pemerintah untuk mendeteksi jumlah dan jenis barang yang masuk secara akurat.

“Berapa kualifikasinya misalnya item barang A. Berapa sih yang boleh diimpor? Apakah 10.000 item, 20.000 item, atau 30.000 item, atau 100.000 item? Ini enggak jelas nih,” keluh Maman.

Maraknya barang impor murah dari China telah menimbulkan dampak serius bagi industri dalam negeri, termasuk UMKM. Banyak produsen lokal kesulitan bersaing, bahkan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan.

Advertisement

“Setelah salah satunya kita identifikasi, salah satu penyebabnya adalah tidak ada pengawasan yang ketat kepada perusahaan-perusahaan importir dan kargo kita serta ekspedisi,” tegas Maman.

Maman juga menyinggung potensi keterlibatan oknum Bea dan Cukai dalam fenomena ini. Menanggapi hal tersebut, Kementerian UMKM, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Keuangan menyatakan kesepakatan untuk menindak tegas banjir impor.

Pemerintah menekankan bahwa langkah ini bukan berarti anti-impor, melainkan upaya untuk melindungi industri dan UMKM nasional. “Maksud saya harapannya, kalau barang-barang yang kita sudah bisa produksi dalam negeri, ya itu dibatasi lah,” imbau Maman.

Ia mencontohkan dampak pada industri tekstil. “Misalnya kita sudah bisa bikin baju, bikin industri tekstil, itu kan dampaknya industri kecil menengah kita akhirnya lay off karyawan, karena dihantam dengan produk-produk ini,” tutupnya.

Advertisement