Kementerian Pertanian (Kementan) angkat suara menanggapi isu simpang siur mengenai harga bantuan beras untuk korban bencana alam yang disebut mencapai Rp 60.000 per kilogram. Informasi yang beredar di media sosial ini merujuk pada sebuah tabel bantuan senilai Rp 73,5 miliar untuk korban banjir dan tanah longsor di Sumatera.
Tabel tersebut, yang tertanggal 2 Desember 2025, mencantumkan volume bantuan beras sebanyak 21.874 satuan kilogram dengan total nilai Rp 1.312.450.000,00. Jika dihitung secara kasar, angka ini menghasilkan estimasi harga Rp 60.000 per kilogram beras.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementan, Moch. Arief Cahyono, menyampaikan permohonan maaf atas ketidaklengkapan data yang beredar. Ia menjelaskan bahwa angka 21.874 bukan merujuk pada jumlah kilogram beras, melainkan jumlah paket beras. Setiap paket tersebut diketahui berisi 5 kilogram beras.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh warganet yang ikut mengawasi, dan kami sampaikan saat ini bantuan beras pemerintah sudah mencapai 1200 ton senilai 16 milyar rupiah,” ujar Arief dalam keterangan resminya pada Senin (8/12/2025).
Arief menegaskan bahwa Kementan tidak melakukan pembelian barang bantuan menggunakan dana tunai. Bantuan yang disalurkan merupakan sumbangan dalam bentuk barang yang diterima dari berbagai mitra dan donatur yang berkeinginan membantu para korban bencana.
Selanjutnya, Kementan mendistribusikan bantuan tersebut melalui instansi berwenang. Arief menambahkan bahwa skala bantuan yang besar ini menjadi pengingat akan pentingnya pengawasan internal yang ketat. Ia menggarisbawahi peran Inspektorat Jenderal dalam memastikan seluruh kegiatan dapat dipertanggungjawabkan dan diaudit.
“Kami terbuka terhadap kritik dan koreksi. Setiap sen uang donasi akan dipertanggungjawabkan dan diaudit,” tegas Arief.
Bencana banjir bandang dan tanah longsor diketahui melanda tiga provinsi di Sumatera, yaitu Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Laporan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Sabtu (5/12/2025) mencatat sedikitnya 914 jiwa meninggal dunia, sementara 389 orang lainnya masih dalam status hilang. Bencana dahsyat ini juga menyebabkan kerusakan pada ribuan rumah, fasilitas umum, dan berbagai infrastruktur vital.






