Keuangan

Jensen Huang: AI Bisa Jadi Mentor Karier, Tingkatkan Kemampuan Manusia

Advertisement

Dalam lanskap kecerdasan buatan (AI) yang terus berkembang, para pemimpin industri mendorong pemanfaatan AI sebagai alat untuk meningkatkan kapabilitas manusia. CEO Nvidia, Jensen Huang, menyoroti potensi transformatif AI dalam pendidikan dan pengembangan profesional, menyebutnya sebagai ‘cara kita menjadi manusia super’.

Huang berpendapat bahwa AI dapat mengajar manusia dan mengurangi hambatan pemahaman di berbagai bidang. “Pengetahuan di hampir semua bidang, hambatan untuk memahaminya, telah berkurang. Saya selalu ditemani oleh tutor pribadi,” ujar Huang seperti dikutip Forbes. Ia merekomendasikan pendekatan ini bagi siapa pun yang ingin memajukan karier mereka.

AI Sebagai Peningkat Kapabilitas

Huang menggambarkan pengalamannya dikelilingi oleh ‘kecerdasan super’ yang ahli di bidangnya. Namun, ia menegaskan bahwa hal ini tidak mengurangi rasa dibutuhkan, melainkan justru memberikan kepercayaan diri untuk menangani tugas yang lebih ambisius.

“Saya merasa lebih berdaya, lebih percaya diri untuk mempelajari sesuatu hari ini, karena menggunakan tutor dan pelatih AI pribadi. Segera cari tutor AI,” kata Huang. Ia menambahkan, “Kita akan menjadi manusia super, bukan karena kita manusia super, tetapi karena kita memiliki AI yang super.”

Sentimen serupa diungkapkan oleh CEO Salesforce, Marc Benioff, yang menyoroti munculnya agen AI di tempat kerja. Ia memprediksi bahwa para pemimpin kini akan mengelola tidak hanya pekerja manusia, tetapi juga pekerja digital.

Menjaga Keseimbangan Integrasi AI

Andrew Martin, PhD, profesor psikologi pendidikan dari University of New South Wales, menekankan pentingnya menjaga keseimbangan agar AI berfungsi sebagai pelengkap pembelajaran manusia. Hal ini krusial untuk mencegah erosi keterampilan berpikir kritis dan devaluasi pendidikan.

“Semakin Anda mengandalkan AI generatif untuk membantu Anda mengerjakan tugas sekolah, semakin kecil kemungkinan Anda untuk bertemu dengan teman secara langsung atau daring sepulang sekolah untuk bertukar pikiran tentang esai,” kata Martin, menyoroti potensi dampak negatif jika integrasi tidak dilakukan dengan cermat.

Integrasi AI sebagai tutor dan pelatih dalam sistem pendidikan dinilai akan sangat menentukan masa depan dunia kerja. Namun, pemanfaatan sumber daya AI seperti ChatGPT untuk pendampingan dan pelatihan karier saat ini dianggap sebagai langkah cerdas.

Advertisement

Profil Jensen Huang

Jensen Huang, lahir pada 17 Februari 1963 di Taiwan, adalah tokoh sentral di balik kesuksesan Nvidia. Ia pindah ke Amerika Serikat pada usia sembilan tahun dan meraih gelar sarjana teknik elektro dari Oregon State University, dilanjutkan dengan studi magister di Stanford University.

Setelah berkarier sebagai desainer mikroprosesor di AMD dan LSI Logic, Huang bersama dua rekannya mendirikan Nvidia pada 5 April 1993. Sejak saat itu, ia menjabat sebagai Presiden dan CEO perusahaan.

Transformasi Nvidia di Bawah Huang

Awalnya dikenal sebagai produsen Graphics Processing Unit (GPU) untuk gaming, Nvidia di bawah kepemimpinan Huang bertransformasi menjadi pemimpin dalam komputasi performa tinggi, pusat data, dan kecerdasan buatan. GPU Nvidia kini menjadi tulang punggung komputasi untuk pelatihan model AI.

Huang melihat masa depan komputasi bergeser ke era ‘accelerated computing’ dengan AI sebagai motor utamanya. Ia menekankan pentingnya keberanian dalam mengerjakan proyek ambisius, meski diakui bahwa membangun Nvidia jauh lebih sulit dari perkiraan.

Meskipun telah mencapai puncak kesuksesan, Huang dikenal memiliki pandangan kewaspadaan. Ia pernah menyatakan bahwa perusahaannya “selalu 30 hari dari kebangkrutan,” sebuah ungkapan yang mencerminkan semangat inovasi berkelanjutan.

Gaya kepemimpinan Huang yang berfokus pada hasil, efisiensi, dan visi jangka panjang dianggap sebagai kunci keberhasilan Nvidia. Ia dikenal bekerja setiap hari, bahkan di hari libur, menunjukkan dedikasi yang luar biasa.

Tantangan besar masih dihadapi Nvidia, termasuk persaingan global di sektor AI dan semikonduktor, regulasi ekspor chip, serta ketidakpastian geopolitik. Huang menegaskan bahwa AI masih dalam “fase awal revolusi komputasi” dan perusahaan harus siap menghadapi pertumbuhan berkelanjutan.

Advertisement