PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) melalui anak usahanya, PT Pionirbeton Industri (PBI), resmi membentuk usaha patungan di bidang produksi dan pemasaran produk mortar. Langkah strategis ini dilakukan PBI dengan menggandeng PT Cipta Mortar Utama (CMU).
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (31/12/2025), CMU mengambil bagian sebesar 60% dari modal ditempatkan dan disetor dalam perusahaan patungan tersebut. Nilai transaksi pembentukan usaha patungan ini mencapai Rp 455,04 miliar, yang didanai melalui penyetoran modal oleh para pihak.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Corporate Secretary PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Dani Handajani, menjelaskan tujuan dari transaksi ini. “Tujuan transaksi menciptakan sinergi yang baik dalam industri mortar baik dari segi produk maupun distribusi dan pemasaran,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada BEI.
Perseroan menegaskan bahwa pembentukan usaha patungan ini tidak memiliki dampak signifikan terhadap kegiatan operasional, kondisi keuangan, maupun kelangsungan usaha INTP. Selain itu, transaksi ini juga bukan merupakan transaksi material sebagaimana diatur dalam POJK Nomor 17/POJK.04/2020, serta bukan transaksi benturan kepentingan sesuai POJK Nomor 42/POJK/04/2020.
Kinerja Saham INTP
Pada penutupan perdagangan saham Selasa, 30 Desember 2025, harga saham INTP tercatat menguat 6,79%, mencapai posisi Rp 7.475 per saham. Saham INTP dibuka stagnan di level Rp 7.000 per saham, dengan pergerakan tertinggi di Rp 7.475 dan terendah di Rp 6.875. Total frekuensi perdagangan mencapai 3.225 kali, melibatkan volume 68.762 saham, dengan nilai transaksi sebesar Rp 50,2 miliar.
Pendapatan dan Laba INTP hingga September 2025
Sebelumnya, INTP juga telah merilis kinerja keuangan untuk periode Januari-September 2025. Perseroan mencatat adanya penurunan pendapatan, namun berhasil membukukan kenaikan laba tipis pada periode tersebut.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke BEI pada Sabtu (8/11/2025), INTP membukukan pendapatan sebesar Rp 12,91 triliun hingga kuartal III 2025. Angka ini turun tipis 3,03% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 13,32 triliun.
Meskipun pendapatan menurun, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk justru naik tipis 0,67%, menjadi Rp 1,06 triliun dari sebelumnya Rp 1,05 triliun pada Januari-September 2024. Penurunan beban pokok pendapatan menjadi salah satu faktor penopang laba, di mana beban pokok pendapatan susut 3,96% dari Rp 9,23 triliun menjadi Rp 8,87 triliun.
Laba bruto perseroan tercatat turun tipis 0,93% dari Rp 4,08 triliun menjadi Rp 4,04 triliun. INTP juga berhasil memangkas beban usaha dari Rp 2,72 triliun menjadi Rp 2,69 triliun. Pendapatan keuangan meningkat signifikan menjadi Rp 160,53 miliar dari Rp 85,29 miliar, sementara biaya keuangan turun menjadi Rp 131,35 miliar dari Rp 138,67 miliar.
Selain itu, laba bersih entitas asosiasi juga menunjukkan kenaikan menjadi Rp 23,74 miliar dari Rp 20,43 miliar. Dengan demikian, laba sebelum beban pajak penghasilan naik 0,28% menjadi Rp 1,33 triliun dari Rp 1,32 triliun. Laba per saham dasar dan dilusi juga meningkat menjadi Rp 317,94 dari Rp 309,86.
Aset dan Liabilitas Perseroan
Hingga September 2025, total ekuitas INTP tercatat sebesar Rp 22,04 triliun, sedikit menurun dari posisi Desember 2024 sebesar Rp 22,11 triliun. Liabilitas perseroan juga menunjukkan penurunan menjadi Rp 7,84 triliun dari Rp 8,3 triliun pada akhir 2024.
Total aset perseroan mengalami penyusutan menjadi Rp 29,88 triliun dari Rp 30,42 triliun pada Desember 2024. Sementara itu, kas dan setara kas yang dimiliki INTP tercatat sebesar Rp 3,73 triliun, turun dari Rp 4,49 triliun pada akhir tahun sebelumnya.






