Keuangan

Inflasi AS Melambat ke 2,7% pada November 2025, Namun Masih di Atas Target The Fed

Advertisement

Inflasi di Amerika Serikat (AS) menunjukkan perlambatan pada November 2025, mencapai 2,7%. Meskipun demikian, angka ini masih berada jauh di atas target Federal Reserve (The Fed) sebesar 2%, memicu kekhawatiran di kalangan ekonom dan pembuat kebijakan.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS, pada Jumat (19/12/2025), melaporkan bahwa indeks harga konsumen, sebagai barometer utama inflasi, tumbuh 2,7% pada bulan November. Angka ini menunjukkan penurunan dari tingkat inflasi 3% yang tercatat pada September 2025. Bulan September menjadi data inflasi terakhir yang tersedia sebelum kebijakan penutupan pemerintah (shutdown) mengganggu pengumpulan data.

Secara rinci, inflasi energi di AS pada November tercatat naik 4,2%, didorong oleh lonjakan harga bahan bakar minyak. Sementara itu, inflasi inti AS, yang tidak termasuk harga pangan dan energi, juga mengalami kenaikan sebesar 2,6%.

Diane Swonk, kepala ekonom perusahaan pajak dan konsultasi KPMG, menyoroti adanya potensi distorsi dalam data inflasi November akibat gangguan pengumpulan data selama periode shutdown. “Kemungkinan ada sedikit distorsi. Kabar baiknya adalah inflasi mulai mereda,” ujar Swonk.

Advertisement

Ia menambahkan, “Datanya terpotong, dan kita tidak tahu seberapa banyak yang bisa dipercaya. Dengan mengganggu perekonomian, termasuk penutupan pemerintahan mungkin telah berkontribusi pada pendinginan inflasi.”

Senada, Kay Haigh, kepala global untuk pendapatan tetap dan likuiditas di Goldman Sachs Asset Management, menyatakan bahwa laporan inflasi AS bulan Oktober yang tidak terkumpul menyulitkan penilaian inflasi secara bulanan. Hal ini disebabkan oleh hambatan selama penutupan pemerintah yang menyebabkan bias sistematis dalam data.

“The Fed akan lebih fokus pada CPI Desember yang dirilis pada pertengahan Januari, hanya dua minggu sebelum pertemuan berikutnya, sebagai indikator inflasi yang lebih akurat,” kata Haigh, mengindikasikan bahwa bank sentral AS akan menunggu data yang lebih lengkap untuk membuat keputusan kebijakan moneter.

Advertisement