Penjualan kendaraan niaga di Indonesia menghadapi tantangan berat sepanjang tahun 2025, menyebabkan kinerja industri tidak maksimal. Kondisi ini mendorong sejumlah pabrikan, termasuk Mitsubishi Fuso, untuk berharap pemerintah memberikan dukungan agar pasar kembali bergairah.
Aji Jaya, Sales and Marketing Director Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) selaku produsen Mitsubishi Fuso di Indonesia, mengungkapkan salah satu kendala utama adalah sulitnya konsumen mendapatkan pembiayaan dari perusahaan leasing. “Salah satu kendala di kendaraan komersial kan masalah back-up finance. Sekarang konsumen untuk mendapatkan back-up finance dari leasing itu tidak gampang,” ujar Aji di Surabaya, Jawa Timur, Senin (29/12/2025).
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Menurut Aji, situasi ini semakin menyulitkan mengingat beberapa sektor usaha mengalami penurunan sepanjang 2025. Imbasnya, penjualan kendaraan niaga pun tertekan. “Di awal tahun beberapa sektor bisnis yang tidak bagus banyak yang macet. Dari batu bara dan akhirnya performa mereka tidak bagus,” tambahnya.
Oleh karena itu, KTB berharap pemerintah dapat mendorong perusahaan pembiayaan untuk lebih agresif dalam menyalurkan kredit kepada konsumen. Langkah ini diharapkan dapat memicu kembali minat konsumen untuk berbelanja produk kendaraan niaga.
Selain itu, Mitsubishi Fuso juga meminta pemerintah untuk menggenjot belanja negara, khususnya dengan menjalankan proyek-proyek strategis pada tahun 2026. Proyek infrastruktur, yang sebelumnya hampir terhenti karena keterbatasan dana, diharapkan dapat kembali berjalan. “Beberapa sektor industri yang selama ini tidak berkontribusi, (seperti) infrastruktur, hampir berhenti karena dananya memang tidak ada untuk dibelanjakan,” tegas Aji.
Aji berharap situasi pasar kendaraan niaga dapat segera pulih, terutama pada tahun 2026, agar produsen dapat kembali memasarkan banyak produk.
Pabrikan Minta Insentif Pemerintah
Sebelumnya, KTB juga telah secara terbuka meminta pemerintah mengucurkan insentif untuk industri otomotif. “Ya benar, positif (usulan insentif). Memang harus ada langkah-langkah strategis pemerintah bagaimana industri otomotif, khususnya komersial, ini bisa recover,” kata Aji.
Aji menekankan bahwa segmen kendaraan niaga sangat membutuhkan stimulus dari pemerintah. Penurunan penjualan tidak hanya terjadi pada tahun 2025, melainkan sudah berlangsung sejak 2022 dan berlanjut pada 2023 serta 2024.
Usulan serupa datang dari Kalista, namun dengan fokus pada kendaraan listrik niaga. Albert Aulia Ilyas, Direktur Utama Kalista, menyatakan, “Mungkin perlu ada insentif seperti di kendaraan penumpang yang Pajak Pertambahan Nilai (PPN)-nya 10 persen atau motor (insentif) Rp 7 juta,” dalam kesempatan terpisah.
Menurut Albert, penggunaan kendaraan listrik untuk keperluan niaga sangat berpotensi membantu menekan emisi, mengingat tingginya rute operasional di segmen tersebut.






