JAKARTA, 18 Desember 2025 – Pasar kripto kembali menghadapi tekanan signifikan menyusul aksi jual besar-besaran dari investor Bitcoin (BTC) yang telah lama menahan asetnya, atau dikenal sebagai long-time holders (LTH). Fenomena “eksodus senyap” ini telah menyebabkan harga Bitcoin anjlok hampir 30% dari rekor tertingginya di atas US$ 126.000 dua bulan lalu, dan kini kesulitan menemukan titik dukungan.
Penjualan Masif dari Investor Jangka Panjang
Data blockchain terbaru yang dihimpun Bloomberg pada Kamis (18/12/2025) menunjukkan bahwa koin-koin yang telah dipegang selama bertahun-tahun kini dilepas ke pasar dengan salah satu kecepatan tercepat dalam sejarah. Kondisi ini terjadi bersamaan dengan melemahnya kemampuan pasar untuk menyerap volume penjualan tersebut.
Laporan dari K33 Research mengungkapkan, jumlah Bitcoin yang tidak aktif (dormant) selama minimal dua tahun telah berkurang sebanyak 1,6 juta koin sejak awal 2023. Angka ini setara dengan sekitar US$ 140 miliar, mengindikasikan penjualan berkelanjutan oleh LTH. Khusus pada tahun 2025 saja, hampir US$ 300 miliar Bitcoin yang “tertidur” selama lebih dari setahun telah kembali masuk ke dalam sirkulasi.
CryptoQuant, sebuah firma analitik blockchain, turut melaporkan bahwa 30 hari terakhir mencatat salah satu distribusi LTH terberat dalam lebih dari lima tahun terakhir.
Pasar Alami “Pendarahan Lambat”
“Pasar sedang mengalami ‘pendarahan lambat’ yang ditandai dengan penjualan spot (langsung) yang stabil ke dalam likuiditas penawaran (bid liquidity) yang tipis,” jelas Chris Newhouse, Direktur Riset di Ergonia, sebuah firma yang berspesialisasi dalam keuangan terdesentralisasi, seperti dikutip Bloomberg pada Kamis (18/12/2025).
Newhouse menambahkan, “Ini menciptakan penurunan yang sulit dibalik dibandingkan dengan peristiwa kapitalisasi yang didorong oleh leverage (utang).”
Sepanjang tahun lalu, penjualan masif dari LTH berhasil diserap oleh lonjakan permintaan dari dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin yang baru diluncurkan serta perusahaan investasi kripto. Namun, permintaan tersebut kini telah memudar secara signifikan.
Arus masuk ETF telah berbalik menjadi negatif, volume derivatif (kontrak berjangka dan opsi) menurun drastis, dan partisipasi investor ritel (individu) semakin menipis. Akibatnya, pasokan Bitcoin yang sama dari LTH kini membanjiri pasar yang lebih lemah dengan jumlah pembeli aktif yang lebih sedikit.
Dampak Komentar Donald Trump dan Likuidasi Besar
Tekanan terhadap pasar kripto semakin akut sejak 10 Oktober 2025, ketika terjadi likuidasi sebesar US$ 19 miliar. Peristiwa ini dipicu oleh komentar tak terduga Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai tarif hukuman, yang kemudian menjadi pembersihan posisi leverage (leverage washout) satu hari terbesar dalam sejarah kripto. Sejak insiden tersebut, para trader cenderung menjauhi pasar derivatif, dan tanda-tanda pemulihan masih minim.
Lonjakan singkat harga Bitcoin baru-baru ini ke angka US$ 90.000, yang sempat dikaitkan dengan serangkaian likuidasi posisi short, dengan cepat diikuti oleh penurunan harga lagi. Mata uang kripto tertua ini kembali mendekati batas bawah kisaran perdagangannya sejak crash Oktober 2025, anjlok 2,8% menjadi US$ 85.278.






