Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) anjlok lebih dari 1% pada Jumat (19/12/2025), mencatatkan penutupan terendah sejak 12 Juni 2025. Penurunan ini sekaligus menandai pelemahan mingguan selama dua pekan berturut-turut, dengan total koreksi 2,79% sepanjang pekan ini.
Tekanan terhadap harga CPO datang dari sentimen ganda, yakni pelemahan harga minyak nabati pesaing di pasar global serta penguatan nilai tukar Ringgit Malaysia terhadap dolar Amerika Serikat.
Kontrak Berjangka CPO Terjun Bebas
Berdasarkan data BMD pada penutupan perdagangan Jumat (19/12/2025), seluruh kontrak berjangka CPO untuk pengiriman awal tahun 2026 mengalami koreksi signifikan:
- Kontrak Januari 2026 jatuh 68 Ringgit Malaysia menjadi 3.892 Ringgit Malaysia per ton.
- Kontrak Februari 2026 melemah 70 Ringgit Malaysia menjadi 3.904 Ringgit Malaysia per ton.
- Kontrak Maret 2026 terkoreksi 75 Ringgit Malaysia menjadi 3.905 Ringgit Malaysia per ton.
- Kontrak April 2026 turun 76 Ringgit Malaysia menjadi 3.911 Ringgit Malaysia per ton.
- Kontrak Mei 2026 anjlok 71 Ringgit Malaysia menjadi 3.916 Ringgit Malaysia per ton.
- Kontrak Juni 2026 terpuruk 65 Ringgit Malaysia menjadi 3.914 Ringgit Malaysia per ton.
Sentimen Ganda Menekan Pasar
Seorang trader berbasis di Kuala Lumpur menjelaskan bahwa tekanan utama berasal dari pasar minyak nabati global yang sedang melemah. “Harga olein sawit di bursa Dalian masih berada di zona merah setelah mengalami penurunan pada perdagangan sebelumnya,” ujarnya.
Selain itu, penguatan Ringgit Malaysia juga turut menekan permintaan. “Penguatan Ringgit Malaysia yang mendekati level 4,08 per dolar AS juga membuat pembeli cenderung menahan diri,” tambah trader tersebut.
Penguatan Ringgit sebesar 0,17% terhadap dolar AS membuat harga CPO menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang asing, sehingga secara langsung menekan daya beli dan permintaan di pasar.
