JAKARTA – BRI Ventures menyalurkan bantuan kemanusiaan berupa bahan pangan pokok dan survival kit kepada ribuan korban banjir bandang di Sumatera. Penyaluran donasi ini dilakukan melalui Yayasan Baitul Maal BRILiaN (YBM BRILiaN) untuk memastikan bantuan tepat sasaran di desa-desa yang aksesnya terputus.
Plt. Direktur Utama BRI Ventures, Markus L Rahardja, menjelaskan bahwa bantuan tersebut dirancang untuk memenuhi kebutuhan dasar para korban. “Donasi disalurkan dalam bentuk bahan pangan seperti beras dan kebutuhan pokok lain, serta survival kits yang berisi kebutuhan sehari-hari seperti pakaian dan alat beribadah untuk menunjang kebutuhan dasar di lokasi bencana,” ujar Markus dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/12/2025).
Sebagai corporate venture capital arm dari Bank Rakyat Indonesia (BRI), BRI Ventures berkomitmen aktif meringankan beban masyarakat terdampak. Penyaluran donasi tahap pertama telah dilaksanakan pada 12 Desember 2025 di Sibolga, Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 15 jam perjalanan dari Medan. Tahap berikutnya direncanakan untuk Aceh Tamiang, yang berjarak sekitar 5 jam dari Medan.
Markus menambahkan, YBM BRILiaN dipilih sebagai mitra penyaluran karena rekam jejaknya yang terbukti reliabel dalam mendistribusikan bantuan kemanusiaan. Lembaga filantropi resmi BRI ini memastikan dukungan logistik medis, makanan bergizi, tenda pengungsian, dan rehabilitasi infrastruktur dasar dapat menjangkau lokasi terdampak.
“Hati kami bersama saudara-saudara di Sumatera yang sedang menghadapi masa sulit. Kami percaya, sekecil apapun bantuan bisa berarti besar. Lewat donasi ini, kami ingin berbagi kepedulian dan mengulurkan tangan untuk mereka yang sedang berjuang, sekaligus menunjukkan bahwa kita tidak sendiri. Di masa sulit, saling peduli adalah kekuatan terbesar kita,” tutur Markus, mengajak komunitas, mitra, dan masyarakat luas untuk turut berpartisipasi dalam upaya pemulihan.
Banjir bandang di Pulau Sumatera yang terjadi sejak awal Desember 2025 dipicu oleh cuaca ekstrem. Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, sebelumnya mengungkap bahwa “hal tersebut memicu longsor, kerusakan infrastruktur, dan korban jiwa yang terus bertambah.” Ribuan rumah hanyut, keluarga terpencar, dan jalanan terputus akibat bencana ini.
Situasi diperparah dengan banjir bandang susulan di beberapa kabupaten, menciptakan kebutuhan mendesak akan makanan, air bersih, obat-obatan, dan tempat bersinggah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan lebih dari 1.000 korban tewas dan ratusan lainnya masih dinyatakan hilang. Hingga kini, kerugian ekonomi akibat bencana ini diperkirakan mencapai triliunan rupiah.






