Asosiasi Analis Teknikal Indonesia (AATI) secara resmi akan menyelenggarakan Ujian Pengakuan Analis Teknikal perdana. Ujian ini dirancang dengan standar internasional dan memiliki tingkat kesulitan setara dengan sertifikasi bergengsi CFTe Level 1 dari International Federation of Technical Analysts (IFTA), menandai langkah penting dalam peningkatan kompetensi profesional analis di Indonesia.
Langkah AATI ini hadir di tengah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil pada tahun 2025. Tren pemangkasan suku bunga global dan domestik diprediksi akan memicu optimisme investor, dengan Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,1%.
Sentimen positif juga diperkirakan akan menyelimuti pasar modal (saham), didukung oleh harapan berlanjutnya tren suku bunga rendah yang cenderung menarik arus modal asing. Sementara itu, pasar kripto menunjukkan pertumbuhan investor yang eksplosif, diproyeksikan menembus 28,65 juta hingga akhir tahun 2025. Meskipun sempat diwarnai sentimen ketakutan, total nilai transaksi derivatif kripto melonjak hingga 118% pada kuartal III-2025.
Di tengah dinamika pasar ini, pakar menekankan bahwa peluang keuntungan tidak hanya ditentukan oleh “aset apa” yang dibeli, melainkan “kapan” waktu terbaik untuk bertransaksi. Di sinilah analisis teknikal memegang peran krusial.
Analisis Teknikal sebagai Kunci Strategi Investasi
Gideon Lapian, Ketua Umum AATI, menegaskan pentingnya analisis teknikal. “Di tengah pasar yang dinamis, baik saham maupun kripto, analisis teknikal menjadi alat yang esensial,” ujarnya. Metode ini mengevaluasi aset dengan memprediksi pergerakan harga di masa depan berdasarkan studi pergerakan harga historis, pola grafik, dan volume perdagangan.
Muhamad Makky Dandytra, Ketua Tim Penyusun Soal AATI Recognition Exam, CFTe holder, dan Ketua Bidang Edukasi AATI, menjelaskan bahwa seluruh materi ujian disusun merujuk pada silabus dan study guide resmi IFTA. “Presentasi mengenai ujian ini di hadapan Presiden IFTA, Wieland Arlt, dan BOD IFTA dari berbagai negara disambut baik,” kata Makky. Ia menambahkan bahwa inisiatif ini dilihat sebagai dorongan bagi analis teknikal Indonesia untuk mengukur kompetensi dasar dan mempersiapkan diri menuju sertifikasi global.
Langkah AATI ini memastikan bahwa analis di Indonesia memiliki kompetensi profesional yang terstruktur, menegaskan bahwa kemampuan Analisis Teknikal adalah sebuah disiplin ilmu yang harus dikuasai, bukan sekadar intuisi belaka. Analisis teknikal menjadi alat esensial untuk mengoptimalkan strategi investasi di tahun 2025, membantu meminimalkan risiko kerugian dan meningkatkan peluang keuntungan melalui penentuan waktu transaksi yang tepat.
Validasi Internasional dan Harapan AATI
Dalam pelaksanaan ujian perdana ini, AATI turut menghadirkan Ketua Dewan Pengawas AATI, Muhammad Alfatih CFTe, yang juga merupakan CFTe holder, untuk menguji langsung kualitas dan relevansi soal. Muhamad Makky Dandytra menyatakan, “Approval dari beliau menjadi penguat bahwa AATI Recognition Exam memiliki kualitas yang dapat diperbandingkan dengan sertifikasi analis teknikal global.”
AATI berharap ujian ini dapat menjadi gerbang awal bagi analis teknikal Indonesia untuk mengukur kompetensi dasar secara profesional, sekaligus mempersiapkan diri menuju sertifikasi bertaraf internasional. Ujian ini diklaim sebagai ujian paling genuine/original terhadap ujian Teknikal Analisis di Indonesia dan terbuka bagi peserta dari negara lain.
Sebelum diluncurkan, ujian ini telah dipaparkan di hadapan Presiden IFTA, Wieland Arlt, saat kunjungannya ke Indonesia pada November 2025. Indrawijaya Rangkuti MBA juga telah memaparkan dalam IFTA BOD Meeting bahwa ujian ini dapat mendorong para Analis Teknikal di Indonesia untuk mengambil CFTe, yang disambut baik oleh seluruh BOD IFTA dari berbagai negara.






