Internasional

Trump: “Ukraina-Rusia Lebih Dekat Menuju Perdamaian,” Akui Negosiasi Penuh Tantangan

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Minggu (28/12) menegaskan bahwa Ukraina dan Rusia kini berada “lebih dekat dari sebelumnya” untuk mencapai kesepakatan damai. Pernyataan ini disampaikan Trump usai menjamu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di resor Mar-a-Lago miliknya di Florida.

Meski demikian, Trump mengakui bahwa proses negosiasi sangat kompleks dan masih berpeluang gagal. Ia khawatir kebuntuan perundingan dapat membuat perang berlarut-larut selama bertahun-tahun.

Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.

Diplomasi Intensif di Tengah Konflik

Pernyataan optimis Trump muncul setelah pertemuannya dengan Zelenskyy, yang berlangsung usai pembicaraan telepon selama dua setengah jam dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Trump menyebut percakapannya dengan Putin sebagai “sangat baik” dan mengatakan ia masih percaya bahwa pemimpin Rusia itu menginginkan perdamaian.

Keyakinan Trump ini disampaikan meskipun Moskow kembali melancarkan serangan ke Kyiv saat Zelenskyy terbang ke Amerika Serikat. “Rusia ingin melihat Ukraina berhasil,” kata Trump dalam konferensi pers pada Minggu (18/12) sore setelah pertemuannya dengan Zelenskyy. Trump berulang kali memuji presiden Ukraina itu sebagai sosok yang “berani”.

Zelenskyy, dalam kesempatan yang sama, menyampaikan apresiasi kepada Trump. “Ukraina siap untuk perdamaian,” katanya.

Donbas dan Jaminan Keamanan Jadi Batu Sandungan

Meski optimistis, Trump dan Zelenskyy sama-sama mengakui bahwa sejumlah isu krusial masih belum terselesaikan. Di antaranya adalah apakah Rusia dapat mempertahankan wilayah Ukraina yang saat ini dikuasainya, serta bentuk jaminan keamanan bagi Ukraina agar tidak kembali diserang di masa depan.

Keduanya menyebut masa depan wilayah Donbas di Ukraina timur sebagai titik paling sulit dalam perundingan. “Itu isu yang sangat sulit, tetapi saya pikir akan bisa diselesaikan,” kata Trump.

Zelenskyy menegaskan bahwa posisi Ukraina berbeda secara mendasar dengan Rusia. “Sikap kami sangat jelas. Itulah mengapa Presiden Trump mengatakan ini adalah pertanyaan yang sangat sulit dan, tentu saja, kami memiliki posisi yang berbeda dengan Rusia mengenai hal itu,” ujar Zelenskyy.

Trump tetap menyatakan keyakinannya bahwa Putin “sangat serius” ingin mengakhiri perang, meskipun Rusia terus menyerang target di Ukraina. “Saya percaya Ukraina juga telah melakukan beberapa serangan yang sangat kuat,” kata Trump.

Namun, ia juga memperingatkan bahwa perundingan masih bisa runtuh. “Dalam beberapa minggu, kita akan tahu hasilnya, satu atau lain cara. Bisa saja ada satu isu besar yang tidak terpikirkan sebelumnya dan menghancurkan semuanya. Ini adalah negosiasi yang sangat sulit dan sangat rinci,” ujarnya.

Serangan Berlanjut di Tengah Negosiasi

Di tengah intensifnya diplomasi, pertempuran di lapangan belum mereda. Saat Zelenskyy melakukan perjalanan ke Amerika Serikat untuk perundingan terbaru, Rusia kembali melancarkan serangan ke berbagai wilayah Ukraina.

Trump mengakui kontradiksi tersebut, tetapi tetap menegaskan keyakinannya bahwa kedua pihak serius mencari jalan keluar. “Saya percaya Putin sangat serius untuk mengakhiri perang,” kata Trump, meski ia mengakui Rusia terus menyerang Ukraina. Ia juga menambahkan bahwa Ukraina pun “telah melakukan beberapa serangan yang sangat kuat.”

Trump menilai dinamika ini mencerminkan kompleksitas perundingan, di mana tekanan militer kerap berjalan beriringan dengan upaya diplomasi. Ia kembali mengingatkan bahwa jika negosiasi gagal, konflik ini bisa berlangsung lama. “Ini bisa menjadi sesuatu yang berlangsung bertahun-tahun,” katanya.

Koordinasi dengan Eropa dan Tuntutan Putin

Trump mengatakan ia akan kembali menelepon Putin setelah pertemuannya dengan Zelenskyy. Sebelumnya, penasihat kebijakan luar negeri Kremlin, Yuri Ushakov, menyebut panggilan Trump–Putin tersebut diinisiasi oleh pihak AS dan berlangsung “bersahabat, penuh niat baik, dan bernuansa bisnis”.

Menurut Ushakov, Trump dan Putin sepakat untuk kembali berbicara “dalam waktu dekat” setelah pertemuan Trump dengan Zelenskyy. Namun, ia menegaskan bahwa dibutuhkan “keputusan politik yang berani dan bertanggung jawab dari Kyiv” terkait Donbas dan isu-isu lain agar tercapai “penghentian total permusuhan”.

Setelah pertemuan di Florida, Trump dan Zelenskyy juga menghubungi sejumlah pemimpin Eropa, termasuk Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen serta para pemimpin Finlandia, Prancis, Jerman, Inggris, dan Polandia. Zelenskyy mengatakan Trump telah sepakat untuk kembali menjamu para pemimpin Eropa, kemungkinan di Gedung Putih, pada Januari mendatang. Trump menyebut pertemuan itu bisa berlangsung di Washington atau “di suatu tempat”.

Trump menekankan bahwa para perunding telah membuat kemajuan signifikan. Zelenskyy sebelumnya mengatakan bahwa rancangan proposal perdamaian 20 poin yang dibahas para negosiator “sekitar 90% siap”, sejalan dengan optimisme pejabat AS ketika tim perunding utama Trump bertemu Zelenskyy di Berlin bulan ini.

Dalam pembicaraan terbaru, AS setuju menawarkan jaminan keamanan tertentu bagi Ukraina yang mirip dengan perlindungan NATO. Proposal ini muncul ketika Zelenskyy menyatakan kesediaannya untuk melepaskan ambisi Ukraina bergabung dengan NATO, asalkan negaranya mendapatkan perlindungan setara NATO untuk mencegah serangan Rusia di masa depan.

Zelenskyy juga mengungkapkan bahwa pada Hari Natal ia berbicara dengan utusan khusus AS Steve Witkoff dan Jared Kushner, menantu Trump. Ia mengatakan pembicaraan itu mencakup “detail substantif tertentu”, tetapi memperingatkan bahwa “masih ada pekerjaan yang harus dilakukan pada isu-isu sensitif” dan bahwa “minggu-minggu ke depan juga bisa sangat intensif”.

Di sisi lain, Putin secara terbuka menyatakan ingin semua wilayah di empat kawasan utama yang telah direbut pasukannya, serta Semenanjung Krimea yang dianeksasi secara ilegal pada 2014, diakui sebagai wilayah Rusia. Ia juga menuntut Ukraina menarik pasukan dari wilayah timur tertentu yang bahkan belum sepenuhnya dikuasai Rusia, tuntutan yang secara terbuka ditolak Kyiv.

Kremlin juga mendesak Ukraina untuk meninggalkan ambisinya bergabung dengan NATO, serta memperingatkan bahwa pengerahan pasukan dari negara-negara NATO akan dianggap sebagai “target yang sah”. Putin juga menuntut pembatasan ukuran militer Ukraina dan pemberian status resmi bagi bahasa Rusia.

Ushakov mengatakan kepada harian bisnis Kommersant bahwa polisi Rusia dan Garda Nasional akan tetap berada di sebagian wilayah Donetsk, salah satu dari dua wilayah utama Donbas bersama Luhansk, bahkan jika wilayah tersebut dijadikan zona demiliterisasi dalam rencana perdamaian. Ia juga memperingatkan bahwa upaya mencapai kompromi bisa memakan waktu lama. Menurutnya, proposal AS yang semula mempertimbangkan tuntutan Rusia telah “diperburuk” oleh perubahan yang diusulkan Ukraina dan sekutu Eropanya.

Trump sendiri menunjukkan sikap yang relatif terbuka terhadap sebagian tuntutan Putin, dengan berargumen bahwa presiden Rusia dapat diyakinkan untuk mengakhiri perang jika Kyiv bersedia menyerahkan sebagian wilayah Donbas dan jika Barat menawarkan insentif ekonomi untuk menarik Rusia kembali ke sistem ekonomi global.

Meski demikian, Trump menegaskan bahwa hasil akhir masih belum pasti, dan dunia akan segera mengetahui apakah momentum diplomasi ini benar-benar mampu mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir empat tahun.

Mureks