Internasional

Sekda Jabar Peringatkan Potensi Gempa Magnitudo 7 Akibat Sesar Lembang, Jutaan Warga Bandung Terancam

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman, mengingatkan masyarakat mengenai potensi bencana gempa bumi akibat aktivitas Sesar Lembang. Sesar aktif yang membentang sepanjang hampir 29 kilometer ini disebut dapat memicu gempa besar hingga magnitudo 7, mengancam jutaan penduduk di wilayah Bandung Raya.

“Bapak ibu semuanya. Tolong informasikan ke keluarganya, informasikan ke lingkungannya masing-masing. Jawa Barat punya potensi bencana sesar lembang. Kami sudah beberapa kali bertemu dengan BMKG dan BRIN. Setiap tahun Sesar Lembang bergeser 4 milimeter. Mudah-mudahan tidak ada bencana gempa bumi akibat pergeseran Sesar Lembang. Tapi secara scientific dimungkinkan,” ungkap Herman Suryatman pada Minggu (28/12/2025).

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Sesar Lembang Ancam Tujuh Kabupaten/Kota

Herman Suryatman menjelaskan bahwa jika gempa besar dari Sesar Lembang terjadi, tidak kurang dari tujuh kabupaten dan kota di Jawa Barat akan terdampak. Wilayah-wilayah tersebut meliputi Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Subang.

“Dan yang akan terdampak itu Bandung Raya. Tidak kurang dari 7 kabupaten Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang. Kalau itu terjadi maka potensi bencananya, potensi gempanya 6-7 Magnitud. Mudah-mudahan tidak terjadi tapi secara scientific dimungkinkan terjadi. Dan kita semuanya harus waspada,” tegasnya.

Sesar Lembang sendiri merupakan patahan besar di kerak bumi yang menjadi jalur pergeseran batuan. Lokasinya membentang dari Padalarang hingga kawasan Cimenyan, tepat di kaki Gunung Tangkuban Parahu, tidak jauh dari Kota Bandung.

Bukti Pergeseran dan Penelitian Paleoseismologi

Periset bidang Geologi Gempa Bumi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mudrik R. Daryono, pernah menjelaskan bahwa pergeseran di Sesar Lembang didominasi oleh gerakan mendatar ke arah kiri. Bagian utara dan selatan sesar bergerak saling berlawanan.

“Bukti nyata bisa dilihat dari pergeseran Sungai Cimeta yang telah bergeser sejauh 120 meter, bahkan di beberapa lokasi mencapai 460 meter,” kata Mudrik dalam keterangan tertulisnya, Minggu (7/9/2025).

Selain pergeseran mendatar, terdapat pula pergeseran naik-turun permukaan tanah. Di bagian barat, dari kilometer 0 hingga 6, permukaannya masih datar, kemudian muncul perbedaan tinggi hingga sekitar 90 meter sebelum mengecil ke arah timur.

“Secara keseluruhan, pergeseran di Sesar Lembang hampir seluruhnya didominasi oleh pergeseran mendatar, yaitu sekitar 80 sampai 100%. Sedangkan pergeseran naik-turun hanya sekitar 0 sampai 20%,” ungkap Mudrik.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa Sesar Lembang bergerak dengan kecepatan antara 1,9 hingga 3,4 milimeter setiap tahun. Pergeseran yang terakumulasi selama ratusan tahun ini dapat memicu gempa bumi. Studi paleoseismologi, atau kajian jejak gempa purba, melalui penggalian parit di kilometer 11,5, menemukan bukti pergeseran setinggi 40 sentimeter.

“Hal ini terbukti dari hasil penelitian paleoseismologi melalui penggalian parit di kilometer 11,5, yang menemukan adanya pergeseran setinggi 40 sentimeter. Di mana, bagian selatan sesar terangkat dibanding sisi utara. Pergeseran sebesar itu menjadi bukti nyata bahwa di masa lalu pernah terjadi gempa dengan kekuatan sekitar magnitudo 6,5 hingga 7,” jelas Mudrik.

“Perkiraan ini juga sejalan dengan panjang Sesar Lembang yang mencapai 29 kilometer, yang memang berpotensi menghasilkan gempa dengan besaran tersebut,” tambahnya.

Siklus Gempa dan Potensi di Masa Depan

Penelitian paleoseismologi juga mengungkap bahwa Sesar Lembang telah beberapa kali memicu gempa besar di masa lalu. Peristiwa termuda diperkirakan terjadi pada abad ke-15. Sebelumnya, terdapat bukti gempa sekitar 60 tahun sebelum Masehi yang meninggalkan jejak pergeseran 40 sentimeter, serta jejak gempa yang jauh lebih tua sekitar 19 ribu tahun lalu.

Berdasarkan catatan tersebut, para ahli memperkirakan bahwa gempa besar di Sesar Lembang berulang dalam rentang waktu antara 170 hingga 670 tahun.

“Jika mengacu pada siklus ulang gempa besar yang telah diperkirakan, maka secara teoritis gempa besar berikutnya dapat terjadi paling lambat sekitar tahun 2170. Artinya, secara waktu, perkiraan, siklus ini sudah relatif dekat dengan masa sekarang,” sebut Mudrik.

Namun, Mudrik menegaskan bahwa ini hanyalah gambaran rentang waktu, bukan kepastian kapan gempa akan benar-benar terjadi. “Pemahaman ilmiah ini sangat penting agar masyarakat lebih siap dan senantiasa waspada dalam menghadapi potensi bencana,” pungkasnya.

Mureks