Saham Pop Mart International Group Ltd. mencatatkan penurunan terdalam dalam hampir tiga pekan terakhir pada Selasa (30/12/2025). Tekanan signifikan ini terjadi menyusul laporan media yang mengungkap melemahnya permintaan dari reseller terhadap mainan Labubu, ikon pertumbuhan utama perusahaan selama ini.
Dikutip dari Bloomberg, saham produsen mainan asal China yang terdaftar di bursa Hong Kong tersebut sempat anjlok hingga 6,2 persen dalam perdagangan hari itu. Pelemahan ini menempatkan Pop Mart sebagai salah satu saham dengan kinerja terburuk di Indeks MSCI Asia Pasifik pada tanggal yang sama.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Aksi jual saham dipicu oleh laporan yang menyebutkan sejumlah scalper atau pembeli spekulatif mulai menghentikan aktivitas pembelian produk Labubu. Keputusan ini diambil setelah fluktuasi harga di pasar sekunder China mengindikasikan minat investor yang melemah terhadap mainan koleksi tersebut.
Serangkaian laporan tersebut menjadi pukulan terbaru bagi kepercayaan investor terhadap Pop Mart. Sebelumnya, saham perusahaan sempat melesat berkat lonjakan penjualan boneka-boneka trendy mereka. Namun, penurunan harga di pasar sekunder, serta data penjualan musim liburan di luar negeri yang lebih lemah dari perkiraan, mulai memicu keraguan terhadap keberlanjutan daya tarik merek Pop Mart.
Kenny Ng, ahli strategi di China Everbright Securities International Co Ltd, menyoroti dampak sentimen ini. “Dengan kekhawatiran investor yang masih ada bahwa popularitas produk Pop Mart mungkin mulai menurun, laporan tentang penurunan permintaan seperti ini cenderung berdampak buruk pada harga saham,” ujarnya.
Tekanan terhadap saham Pop Mart sebenarnya telah berlangsung sejak Agustus 2025. Dalam periode tersebut, harga saham perusahaan tercatat telah anjlok sekitar 44 persen, sekaligus menghapus nilai pasar lebih dari 25 miliar dollar AS.
Meski demikian, secara tahunan saham Pop Mart masih mencatatkan kenaikan lebih dari dua kali lipat. Valuasi perusahaan bahkan diperkirakan sekitar empat kali lebih besar dibandingkan pesaingnya, Sanrio Co.
Sinyal pelemahan minat pasar juga tercermin di platform penjualan kembali mainan Qiandao. Platform tersebut menunjukkan harga rata-rata satu set mini Labubu atau seri Big Into Energy kini telah turun di bawah harga ritel resmi.
Di tengah perlambatan permintaan Labubu, Pop Mart mulai mengandalkan karakter kekayaan intelektual lainnya untuk menopang pertumbuhan. Perusahaan mencoba mengulang kesuksesan melalui lini Crybaby, yang menggelar pameran di Shanghai bulan ini, serta karakter Twinkle Twinkle dan Hirono.
Sementara itu, analis Morningstar Inc, Jeff Zhang, menilai sebagian investor juga mulai melakukan rotasi dari saham-saham konsumsi baru China untuk mengamankan keuntungan. “Beberapa investor mungkin juga melakukan rotasi saham konsumsi baru China untuk mengamankan keuntungan,” kata Zhang.
Fenomena rotasi investor ini tercermin dari pelemahan saham produsen perhiasan China Laopu Gold Co, yang turun lebih dari 6 persen pada Selasa. Adapun saham jaringan kedai teh bubble Mixue Group juga ikut tertekan, dengan penurunan hampir 4 persen.





