Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan bergerak melemah pada perdagangan saham Senin, 29 Desember 2025, seiring tekanan sentimen global dan minimnya katalis baru menjelang libur akhir tahun. Sentimen negatif dari pasar Amerika Serikat turut mempengaruhi tren pergerakan indeks, yang membuat beberapa analis cautions terhadap prospek pasar hari ini.
Dalam suasana pasar yang cenderung variatif ini, saham-saham big bank seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali menarik perhatian investor bukan hanya karena kapitalisasi dan likuiditasnya, tetapi karena perbankan sering menjadi bellwether (indikator utama) bagi arah pasar domestik.
Apakah IHSG mengalami Koreksi Menjelang Tutup Tahun?

Analisis teknikal dari berbagai rumah riset menunjukkan IHSG berpotensi menguji level support di sekitar 8.414–8.493 dan menghadapi resistance pada kisaran 8.656–8.714 pada perdagangan Senin pekan ini. Pergerakan ini mengindikasikan volatilitas yang meningkat di akhir sesi perdagangan sebelum pasar libur pergantian tahun.
Tantangan utama datang dari pelemahan pasar saham global pada pekan sebelumnya, terutama di Wall Street, di mana indeks utama seperti Dow Jones dan S&P 500 ditutup melemah. Kondisi pelik ini kemudian merembet ke bursa Indonesia, memicu aksi profit-taking oleh pelaku pasar.
Klik di sini untuk update berita tentang BBCA dan saham lainnya!
Rekomendasi Saham, Fokus Tradisional, Tapi Apa Kata BBCA?

Sementara rekomendasi saham hari ini tidak secara eksplisit menyoroti BBCA, preferensi terhadap saham fundamental kuat tetap menjadi strategi yang disarankan analis untuk menavigasi pasar yang cenderung sideways atau bearish ringan.
Dalam kondisi pasar seperti ini:
- saham-saham blue chip dengan track record kinerja stabil cenderung lebih aman,
- sektor keuangan sering dianggap sebagai safe haven relatif terutama bank yang memiliki neraca kuat, tingkat rasio kredit macet rendah, dan basis dana yang sehat.
BBCA secara historis adalah contoh saham dengan profil seperti itu, karena fundamentalnya relatif stabil bahkan ketika IHSG mengalami tekanan. BBCA memiliki basis deposit CASA yang besar dan diversifikasi pendapatan yang baik, sehingga rentan terhadap tekanan suku bunga atau dinamika pasar lebih rendah dibandingkan saham cyclical lainnya di indeks utama. (Insight tambahan berdasarkan pola historis BBCA).
BBCA dan Sentimen Pasar Akhir Tahun
Akhir tahun biasanya ditandai oleh volume perdagangan yang lebih rendah karena pelaku pasar mulai berhati-hati menjelang libur panjang. Wait-and-see menjadi kata kunci, terutama ketika tidak ada katalis sentimen baru yang dapat menggerakkan pasar.
“Pasar tampaknya juga terbebani aksi profit taking dan aksi jual investor asing,” Ucap Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas.
Dalam periode seperti ini, saham perbankan besar cenderung menjadi indikator sentimen luas:
- jika BBCA menunjukkan resilience (ketahanan) terhadap aksi jual, itu bisa menandakan bahwa investor institusi masih menyimpan keyakinan terhadap ekonomi domestik;
- sebaliknya, jika BBCA turun tajam, hal itu bisa memperluas tekanan jual di seluruh sektor finansial.
Mengingat BBCA merupakan salah satu saham dengan kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia, pergerakannya sering menjadi reference point bagi aliran modal asing maupun investor domestik di akhir tahun.
Dalam kondisi IHSG yang diprediksi volatil atau cenderung melemah pada 29 Desember 2025, saham seperti BBCA tetap layak menjadi perhatian investor yang mencari stabilitas relatif di tengah pasar yang tidak banyak katalis positif. Melihat peran BBCA sebagai salah satu saham blue chip paling likuid dan fundamentalnya yang kuat, pertanyaan pentingnya adalah, di tengah prediksi IHSG yang melemah, apakah menurut kamu BBCA bisa tetap bertahan sebagai pilihan investasi yang lebih aman dibanding saham lain di indeks utama hari ini?
Klik mureks untuk tahu artikel menarik lainnya!






