Tahun 2025 tercatat sebagai periode bersejarah bagi pasar emas domestik Indonesia. Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) berulang kali memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa, didorong oleh lonjakan minat beli masyarakat terhadap logam mulia. Fenomena ini tidak hanya terlihat dari antrean panjang pembelian emas fisik maupun digital, tetapi juga tercermin dalam data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan emas perhiasan sebagai salah satu komoditas penyumbang inflasi.
Dari kisah warga yang mendadak meraup keuntungan puluhan juta rupiah hingga penilaian pemerintah yang melihat lonjakan harga emas sebagai dampak positif pembentukan bullion bank, emas menjadi salah satu cerita ekonomi paling menonjol sepanjang tahun 2025.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Harga Emas Antam Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang 2025
Tren penguatan harga emas Antam mencapai puncaknya pada Sabtu, 27 Desember 2025. Berdasarkan data dari situs Logam Mulia Antam, harga emas 24 karat melonjak Rp 16.000 per gram, mencapai level Rp 2.605.000 per gram. Angka ini menjadi rekor tertinggi harga emas Antam sepanjang tahun 2025, melampaui posisi sebelumnya di Rp 2.589.000 per gram.
Sementara itu, pada Rabu, 31 Desember 2025, harga emas Antam terpantau stabil di level Rp 2.501.000 per gram, tidak mengalami perubahan dibandingkan posisi sehari sebelumnya, Selasa, 30 Desember 2025. Kenaikan harga emas Antam ini selaras dengan tren penguatan emas global dan tingginya permintaan di pasar domestik, yang kemudian memicu fenomena Fear of Missing Out (FOMO) di kalangan masyarakat.
Fenomena FOMO: Kisah Warga Borong Emas dan Keuntungan Tak Terduga
Lonjakan harga emas secara signifikan turut memicu fenomena FOMO di tengah masyarakat. Salah satu kisah menarik datang dari Julianti (42), seorang ibu rumah tangga di Kota Bengkulu. Ia mengaku terkejut saat mengetahui nilai logam mulia yang dibelinya lima bulan sebelumnya seharga Rp 50 juta, kini melonjak menjadi Rp 76 juta.
“Saya ini ibu rumah tangga biasa, jarang update info-info harga emas. Jadi, kebetulan dapat rezeki Rp 50 juta, saya bingung mau diapakan uang ini, bikin usaha apa, lalu iseng saja saya belikan emas mulia dengan cara cicil,” ujar Julianti, pada Rabu, 16 April 2025.
Selama lima bulan, emas tersebut disimpan di Pegadaian. Saat Julianti berencana menggadaikan sebagian emasnya untuk membantu biaya pernikahan adiknya, ia justru mendapati nilai asetnya telah melonjak secara signifikan.
“Artinya, selama lima bulan belakangan, emas saya uangnya sudah bertambah Rp 26 jutaan. Saya tidak mengira bisa dapat sebanyak ini, saya sempat bengong, syok, dan bersyukur,” katanya.
Menyikapi kenaikan harga emas yang terus berlanjut, Julianti memutuskan untuk hanya mengambil Rp 5 juta dari keuntungan tersebut dan kembali menambah kepemilikan logam mulia.
Fenomena FOMO ini, menurut perencana keuangan Andy Nugroho, tidak sepenuhnya negatif. Ia menilai lonjakan minat masyarakat untuk membeli emas merupakan respons adaptif terhadap gejolak ekonomi global yang menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah dan tekanan di pasar saham.
“Kalau dibilang FOMO yah bisa jadi FOMO. Tapi ini FOMO yang positif,” ujar Andy, dikutip dari Kompas.com.





