Internasional

Prabowo Resmikan Proyek Baterai EV Terbesar Asia di Karawang, Investasi Rp 96 Triliun

Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto pada akhir Juni 2025 meresmikan peletakan batu pertama proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) terbesar di Asia. Berlokasi di Karawang, Jawa Barat, investasi keseluruhan proyek hulu-hilir ini mencapai US$ 5,9 miliar, setara dengan Rp 96,04 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.278 per US$).

Proyek strategis ini dioperasikan melalui kerja sama antara PT Aneka Tambang (Antam), PT Indonesia Battery Corporation (IBC), dan perusahaan asal China, Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL). CBL sendiri merupakan perusahaan patungan dari raksasa baterai CATL, Brunp, dan Lygend. Peresmian investasi jumbo ini menjadi salah satu “Big Stories 2025” yang paling banyak dibaca dan disorot sepanjang tahun.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

Acara groundbreaking yang berlangsung di Artha Industrial Hill (AIH) dan Karawang New Industry City (KNIC) ini turut dihadiri oleh sejumlah pejabat penting. Mereka termasuk Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, COO Danantara Dony Oskaria, CIO Danantara Pandu Patria Sjahrir, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, serta Pemilik Grup Artha Graha Tomy Winata.

Dorong Hilirisasi dan Peningkatan Ekonomi

Dalam sambutannya, Prabowo Subianto menegaskan bahwa pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik terintegrasi merupakan langkah nyata dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia terkait hilirisasi. “Cita-cita hilirisasi sudah sangat lama dari sebenarnya Presiden Republik Indonesia yang pertama dari Bung Karno sudah bercita-cita hilirisasi. Dan Presiden-Presiden kita selanjutnya juga bercita-cita dan melaksanakan hilirisasi,” ujar Prabowo pada Minggu (29/6/2025).

Prabowo memperhitungkan bahwa proyek ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi ini berpotensi meningkatkan nilai tambah ekonomi hingga delapan kali lipat. Dari investasi awal US$ 5,9-6 miliar, proyek ini diperkirakan akan menghasilkan nilai mencapai US$ 48 miliar, atau setara dengan Rp 481,55 triliun. “Jadi memang tadi saya katakan proyek ini adalah proyek terobosan dan sebagaimana tadi dilaporkan dengan investasi US$ 5,9-6 miliar akan menghasilkan nilai diperkirakan US$ 48 miliar, jadi 8 kali nilai tambahnya,” jelasnya.

Ia juga menekankan bahwa nilai tambah tersebut tidak hanya akan dinikmati oleh Maluku Utara, lokasi sebagian besar ekosistem baterai, tetapi juga oleh provinsi-provinsi lain dan seluruh bangsa Indonesia. “Dengan nilai tambah yang sekian tidak hanya Maluku Utara yang akan kita percepat pembangunannya tapi provinsi-provinsi lain akan menikmatinya. Seluruh bangsa akan menikmatinya,” tegas Prabowo.

Penghematan Impor BBM dan Potensi Ekspor

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menambahkan bahwa operasional pabrik baterai dengan kapasitas maksimal 15 GWh/tahun ini dapat menghemat impor bahan bakar minyak (BBM) Indonesia hingga 300 ribu kiloliter per tahun. “Ini bisa menghemat impor BBM sekitar 300.000 kiloliter per tahun kalau hanya 15 GWh,” terang Bahlil dalam acara peresmian di Karawang.

Sementara itu, Direktur Utama PT Indonesia Battery Corporation (IBC) saat itu, Toto Nugroho, mengungkapkan bahwa produk sel baterai yang dihasilkan akan diekspor ke beberapa negara. “Ada. Jadi sudah ada beberapa off-taker langsung. Banyak yang ada di Indonesia. Ada juga yang pasar untuk ekspor,” kata Toto di Karawang. Ia menyebut Jepang, India, China, dan Amerika Serikat sebagai negara tujuan ekspor. “Negaranya ada Jepang, ada India. Ada juga US,” tambahnya.

Toto memperkirakan porsi ekspor akan mencapai 30% dari total produksi sel baterai, dengan sisanya dipasok untuk kebutuhan domestik. “Nanti kita lihat. Kalau kita lihat dengan kondisi yang sekarang, diekspor sekitar 30-an%. Tapi nanti pasti berubah-ubah tahun ke tahun,” bebernya. Ia juga menyoroti potensi Indonesia. “Bagusnya untuk baterai EV ini, perkembangan utama itu di Cina, Amerika, sama Eropa. Timur Tengah juga mulai berkembang. Yang ada nikel ya Alhamdulillah Indonesia. Jadi itu yang tugas negara kita untuk bisa meningkatkan,” tandasnya.

Tantangan Pasokan Lithium

Meskipun Indonesia kaya akan nikel, salah satu komponen penting dalam ekosistem baterai EV, Toto Nugroho mengakui bahwa lithium masih menjadi komoditas yang belum tersedia di dalam negeri. “Jadi kalau lithium itu, sekarang kan yang ada itu banyak dari Australia, sama dari Amerika Selatan. Tapi lithium itu cuma 7% dari si baterainya secara benar-benar,” jelasnya. Kebutuhan lithium ini akan dipenuhi melalui pasokan dari negara tetangga seperti Australia.

Meski demikian, Indonesia memiliki peluang untuk memproduksi lithium dari air sumber panas bumi (brine geothermal), meskipun potensi ini belum tereksplorasi lebih lanjut. “Tapi itu satu hal yang menurut saya untuk sementara kan tidak semua negara memiliki mineral yang cukup untuk baterai. Jadi Allah itu maha adil. Seluruh mineral itu disebar di seluruh dunia. Jadi kita saling melengkapi sebenarnya,” pungkas Toto.

Rincian Proyek Ekosistem Baterai Terintegrasi

Proyek ini melibatkan total enam usaha patungan (Joint Venture/JV) yang mencakup seluruh rantai pasok dari hulu hingga hilir:

Sisi Hulu (JV 1-3):

  • JV 1: Proyek Pertambangan Nikel PT Sumberdaya Arindo (SDA)
    • Kapasitas produksi: 7,8 juta wmt nikel saprolite dan 6 juta wmt limonite (total 13,8 juta wmt).
    • Kepemilikan saham: PT Antam 51%, CBL 49%.
    • Status: Sudah berproduksi sejak tahun 2023.
  • JV 2: Proyek Fasilitas Pemurnian dan Pemrosesan (Smelter Nikel) Jenis Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) PT Feni Haltim (FHT)
    • Kapasitas: 88 ribu ton refined nickel alloy per tahun.
    • Kepemilikan saham: CBL 60%, PT Antam 40%.
    • Target produksi: Tahun 2027.
  • JV 3: Proyek Fasilitas Pemurnian dan Pemrosesan (Smelter Nikel) Jenis High Pressure Acid Leaching (HPAL) PT Nickel Cobalt Halmahera (HPAL JVCO)
    • Kapasitas: 55 ribu ton MHP per tahun.
    • Kepemilikan saham: CBL 70%, PT Antam 30%.
    • Target produksi: Tahun 2028.

Sisi Hilir (JV 4-6):

  • JV 4: Proyek Material Baterai
    • Produksi: Bahan katoda, kobalt sulfat, dan prekursor terner (kapasitas 30 ribu ton Li-hydroxide).
    • Lokasi: Halmahera Timur, Maluku Utara.
    • Kepemilikan saham: CBL 70%, PT IBC 30%.
    • Target produksi: Tahun 2028.
  • JV 5: Proyek Sel Baterai PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB)
    • Lokasi: Artha Industrial Hill (AIH) & Karawang New Industry City (KNIC).
    • Kapasitas: Fase 1 (6,9 GWh/tahun), Fase 2 (8,1 GWh/tahun), total 15 GWh/tahun.
    • Kepemilikan saham: CBL 70%, PT IBC 30%.
    • Target produksi: Fase 1 tahun 2026, Fase 2 tahun 2028.
  • JV 6: Proyek Daur Ulang Baterai
    • Lokasi: Halmahera Timur, Maluku Utara.
    • Kapasitas: 20 ribu ton logam/tahun.
    • Kepemilikan saham: CBL 60%, PT IBC 40%.
    • Target produksi: Tahun 2031.
Mureks