Internasional

PLTS Atap Tawarkan Efisiensi Rp 500 Juta/Tahun, Suryanesia Bidik Potensi 16,5 GWp Industri

Advertisement

Pemerintah Republik Indonesia terus menggenjot pengembangan energi baru terbarukan (EBT), termasuk melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), sebagai bagian integral dari strategi transisi energi nasional menuju target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.

Dukungan pemerintah ini disambut positif oleh Suryanesia, pengembang listrik tenaga surya yang menawarkan solusi Solar-as-a-Service (SaaS) melalui PLTS Atap untuk sektor komersial dan industri. CEO & Founder Suryanesia, Rheza Adhihusada, mengungkapkan bahwa pihaknya melihat tren akselerasi signifikan dalam pengembangan PLTS atap di Indonesia.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Pertumbuhan Pesat PLTS Atap SaaS

Hingga pertengahan tahun 2025, total kapasitas terpasang PLTS Atap SaaS di Indonesia telah melonjak empat kali lipat, mencapai 643 Megawatt peak (MWp). Angka ini jauh melampaui capaian tahun 2024 yang hanya sebesar 178 MWp, menunjukkan adopsi yang semakin masif di kalangan pelaku usaha.

Suryanesia, dengan model layanan SaaS-nya, banyak melayani pelanggan dari segmen industri manufaktur. Dalam skema ini, Suryanesia menanggung seluruh biaya investasi PLTS atap, mulai dari pemasangan hingga pemeliharaan. Pelanggan hanya perlu membayar biaya listrik per bulan, yang secara signifikan membantu penghematan biaya operasional.

Potensi Efisiensi dan Tantangan

Tiga sektor utama yang saat ini banyak memanfaatkan solusi PLTS Atap dari Suryanesia adalah industri bahan bangunan, packaging, dan Food and Beverage (FnB). Rheza Adhihusada memproyeksikan prospek yang sangat besar untuk perluasan segmen industri pada tahun 2026, mengingat potensi penghematan yang ditawarkan.

Advertisement

“Industri bisa menghemat Rp 500 juta per tahun untuk luas bangunan 1 hektare,” ujar Rheza, menyoroti daya tarik finansial dari penggunaan PLTS Atap.

Secara keseluruhan, diperkirakan ada potensi pengembangan PLTS Atap sebesar 16,5 Gigawatt peak (GWp) khusus untuk segmen industri di Indonesia. Namun, pengembangan ini tidak lepas dari tantangan, terutama terkait keterbatasan kuota per tahun yang ditetapkan oleh pemerintah.

Prospek dan tantangan pengembangan PLTS Atap Suryanesia ini dibahas lebih lanjut dalam dialog Syarifah Rahma dengan CEO & Founder Suryanesia, Rheza Adhihusada, dalam program Squawk Box di CNBC Indonesia pada Kamis, 11 Desember 2025.

Advertisement
Mureks