Pemerintah Republik Indonesia secara resmi memutuskan untuk menghentikan impor beras, termasuk beras bahan baku industri, mulai tahun 2026. Kebijakan ini juga akan berlaku untuk gula konsumsi dan jagung pakan, benih, serta rumah tangga, sebagai bagian dari upaya penguatan ketahanan pangan nasional dan optimalisasi produk lokal.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menjelaskan bahwa sepanjang tahun 2025, kuota impor beras industri telah diberikan kepada 13 pelaku usaha swasta yang memerlukan bahan baku untuk produksi tepung beras dan bihun. Namun, untuk tahun mendatang, impor beras bahan baku industri akan dihentikan sepenuhnya.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Dengan tidak adanya impor beras bahan baku industri pada 2026, pemerintah mendorong para pelaku usaha untuk memaksimalkan penggunaan bahan baku lokal, seperti beras pecah dan beras ketan pecah. Langkah ini diharapkan dapat mendukung kesejahteraan petani dalam negeri.
“Untuk tahun 2026, pemerintah dalam komando Bapak Presiden Prabowo Subianto, terus berkomitmen menjaga petani dan peternak pangan Indonesia. Petani dan peternak kita tidak boleh rugi. Mereka harus sejahtera. Hasil kerja keras mereka harus dapat disalurkan ke masyarakat Indonesia,” tegas Kepala Badan Pangan Nasional, Andi Amran Sulaiman, dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Selasa (30/12/2025).
Amran merinci, beras bahan baku industri yang dimaksud adalah beras pecah dengan tingkat keutuhan kurang dari 15% dan beras ketan pecah dengan tingkat keutuhan juga di bawah 15%. “Harapannya bahan baku lokal mampu memenuhi spesifikasi kadar amilosa, kebersihan, dan viskositas serta hardness atau tingkat kekerasan,” jelasnya.
Selain beras, impor gula konsumsi juga akan dihentikan pada tahun depan. Berdasarkan Proyeksi Neraca Pangan Nasional Tahun 2026 per 28 Desember 2025, diperkirakan akan ada carry over stock gula konsumsi dari tahun 2025 ke 2026 sebesar 1,437 juta ton. Dengan kebutuhan konsumsi setahun sekitar 2,836 juta ton dan estimasi produksi gula konsumsi setahun mencapai 2,7 juta hingga 3 juta ton, Indonesia diproyeksikan akan memiliki surplus yang kokoh.
Demikian pula untuk jagung pakan, benih, dan rumah tangga, tidak akan ada importasi pada 2026. Kalkulasi Proyeksi Neraca Pangan Nasional Tahun 2026 menunjukkan carry over stock dari 2025 ke 2026 sangat besar, mencapai 4,521 juta ton, meskipun terdapat estimasi susut/tercecer sebesar 831,6 ribu ton. Produksi jagung di 2026 diproyeksikan sebesar 18 juta ton, sementara kebutuhan setahun berkisar 17,055 juta ton, memastikan ketersediaan jagung secara nasional tetap mencukupi tanpa impor.






