Senin, 29 Desember 2025 – Masalah stunting masih menjadi ancaman serius bagi generasi penerus bangsa. Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) mencatat, satu dari tiga anak Indonesia yang berusia di bawah lima tahun menderita gangguan tumbuh kembang ini. Kondisi ini tidak hanya menghambat pertumbuhan fisik, tetapi juga berdampak signifikan pada perkembangan kognitif, kesehatan jangka panjang, dan kualitas hidup anak di masa depan.
Menyikapi persoalan krusial ini, pemerintah terus mengintensifkan berbagai program intervensi gizi. Salah satu upaya yang menjadi sorotan adalah pengetatan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini dirancang untuk memastikan setiap anak mendapatkan asupan gizi yang layak dan seimbang, sejalan dengan hak dasar anak.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Tujuan utama dari pengetatan SOP MBG adalah untuk memenuhi standar gizi anak secara optimal, sehingga masalah stunting dapat diatasi secara efektif. Dengan demikian, diharapkan tercipta sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing di masa mendatang. Distribusi makanan bergizi gratis, seperti yang terlihat di SDN Pejaten Barat 1 Pagi, Jakarta Selatan, pada Senin (29/9/2025), menjadi bagian dari implementasi program ini.
Namun, muncul pertanyaan besar mengenai kesiapan seluruh elemen yang terlibat dalam pelaksanaan MBG untuk memenuhi standar yang semakin ketat tersebut. Kesiapan ini menjadi kunci keberhasilan program dalam mencapai target penurunan angka stunting.
Untuk mengupas tuntas seluk-beluk program MBG, mulai dari isu-isu yang melingkupinya, pengetatan SOP, proses pelaksanaan di lapangan, hingga tantangan dan dampaknya terhadap pemenuhan gizi anak di Indonesia, Anda dapat menyimak pembahasan lengkapnya di podcast-Lab. Episode kali ini menghadirkan Tim Pakar BGN Pangan Nasional, Ikeu Tanziha, yang akan memberikan pandangan mendalam mengenai program vital ini.






