Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyoroti lambatnya kecepatan data terkait jumlah korban terdampak bencana di wilayah Sumatera. Kondisi ini disebut Tito menjadi kendala utama dalam proses pemberian bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Tito menegaskan bahwa data yang diharapkan adalah “by name, by address, dari yang (rumah) rusak ringan, sedang, berat tersebut.” Ia menekankan pentingnya data rinci untuk efektivitas penyaluran bantuan.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Tantangan Pengumpulan Data di Tiga Provinsi
Mantan Kapolri itu merinci, bencana di Sumatera telah berdampak pada 18 kabupaten/kota di Aceh, 18 kabupaten/kota di Sumatera Utara, dan 16 kabupaten/kota di Sumatera Barat.
Dari puluhan wilayah tersebut, Tito mengungkapkan bahwa masih ada beberapa daerah yang belum mengirimkan data lengkap terkait jumlah korban. “Sebagian besar, kalau untuk Sumatera Barat sudah hampir mengirimkan semua datanya. Kemudian, yang di Sumatera Utara sebagian, dan yang belum banyak mengirimkan adalah di Aceh,” ujarnya dalam jumpa pers di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (29/12/2025).
Melihat kondisi ini, Tito meminta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk turut serta turun langsung ke lapangan guna mengumpulkan data-data para korban terdampak bencana.
Data yang terkumpul nantinya akan divalidasi secara ketat oleh kepolisian, kejaksaan, dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) setempat. “Karena ini menggunakan uang negara,” tegas Tito, menekankan akuntabilitas penggunaan anggaran.
Prioritas Penyaluran Bantuan dan Data Sementara
Tito menambahkan, data yang dikumpulkan tidak harus menunggu lengkap seluruhnya. Data tercepat akan segera digunakan sebagai acuan untuk menghitung besaran bantuan yang akan disiapkan.
“Yang penting punya data dulu pertama, baseline, dan segera diserahkan kepada BNPB dan Kementerian Sosial. BNPB langsung akan membayarkan,” jelasnya.
Berdasarkan data sementara yang dihimpun dari tiga provinsi terdampak, tercatat 68.855 rumah mengalami rusak ringan, 37.520 rumah rusak sedang, dan 56.108 rumah rusak berat.
Tito memperkirakan, jika data rumah rusak ringan dan sedang dapat segera diatasi, totalnya mencapai sekitar 106.370 rumah. “Nah kita harapkan kalau seandainya sudah didapat data yang rusak ringan, rusak sedang, kami hitung lebih kurang 106.370 rumah. Ini lebih kurang dua pertiga dari jumlah yang rusak,” tuturnya.
Penyaluran bantuan untuk kategori ini, lanjut Tito, diharapkan dapat mengurangi jumlah pengungsi secara signifikan. “Artinya kalau ini diberikan segera, maka mereka kembali sambil dibantu dibersihkan, kembali memperbaiki diisi oleh Kementerian Sosial, uang lauk pauknya oleh Kementerian Sosial, itu bisa mengurangi pengungsi lebih kurang hampir 60 persen. Jadi kita memikirkan tinggal yang 40 persen, dibangunkan huntara, hunian sementara, dan hunian tetap,” papar Mendagri.






