Internasional

Keluarga Korban Jeju Air: “Belum Ada Hukuman Layak”, Tuntut Penyelidikan Tuntas Setahun Tragedi

Selasa, 30 Desember 2025 – Setahun sudah berlalu sejak tragedi penerbangan paling mematikan di Korea Selatan. Keluarga dan kerabat korban kecelakaan pesawat Jeju Air berkumpul di Muan, Korea Selatan, pada Senin (29/12/2025) untuk memperingati satu tahun insiden nahas yang menewaskan 179 dari 181 orang di dalam pesawat tersebut.

Dalam upacara peringatan yang penuh haru, para pelayat meletakkan bunga di altar memorial. Altar tersebut dihiasi kartu-kartu berbentuk boarding pass yang bertuliskan nama-nama para korban, menjadi simbol penghormatan sekaligus seruan agar tragedi serupa tidak terulang di masa mendatang.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Di tengah duka yang masih menyelimuti, keluarga korban kembali menyuarakan tuntutan mereka akan pertanggungjawaban atas kecelakaan tersebut. Ryu Kum-Ji (42), yang kehilangan kedua orang tuanya dalam insiden itu, mengungkapkan kekecewaannya. “Sampai sekarang belum ada yang menerima hukuman yang layak, hanya dakwaan. Saya berharap penyelidikan dilakukan secara menyeluruh agar pihak yang pantas dihukum benar-benar dimintai pertanggungjawaban,” ujarnya.

Usai upacara, rombongan keluarga korban melanjutkan perjalanan ke tanggul yang rusak di ujung landasan pacu Bandara Internasional Muan, lokasi pesawat Jeju Air menabrak saat melakukan pendaratan darurat. Di sana, mereka menelusuri bagian-bagian beton yang hancur, mengucapkan perpisahan dengan linangan air mata, serta meletakkan kue ulang tahun bagi beberapa korban yang berulang tahun pada bulan ini. Sejumlah surat juga dibakar di lokasi, dengan harapan pesan tersebut sampai kepada para korban, seperti dilaporkan Yonhap News.

Penyelidikan Kecelakaan Masih Menggantung

Kunjungan emosional ini berlangsung di tengah kekecewaan keluarga yang masih menanti kejelasan penyebab pasti kecelakaan. Hingga kini, Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api yang dipimpin pemerintah belum merilis laporan akhir. Penundaan temuan ini, yang telah terjadi beberapa kali, memicu keraguan atas kredibilitas penyelidikan di mata publik dan keluarga korban.

Dalam laporan pendahuluan yang dirilis Januari lalu, penyelidik sempat menyebutkan bahwa kedua mesin pesawat mengalami benturan burung dan mesin kiri dimatikan sebelum pendaratan darurat. Namun, minimnya data akibat perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit berhenti merekam pada detik-detik terakhir, menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Sejumlah anggota keluarga menilai bahwa penyelidikan terlalu menitikberatkan pada dugaan kesalahan pilot dan belum sepenuhnya mengkaji faktor lain, seperti standar keselamatan, desain landasan pacu, serta konstruksi tanggul. Para ahli penerbangan mengingatkan bahwa kecelakaan udara umumnya disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor dan menekankan pentingnya penyelidikan menyeluruh sebelum menarik kesimpulan akhir.

Mureks