Keuangan

Industri Tekstil Indonesia 2025 Hadapi Ujian Berat: Ekspor Bertahan, Pasar Domestik Tertekan Impor Murah

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia menapaki tahun 2025 dengan dinamika yang kontras. Di satu sisi, indikator perdagangan luar negeri menunjukkan daya tahan yang cukup baik. Namun, di sisi lain, tekanan signifikan di pasar domestik akibat banjir produk impor, khususnya pada segmen hilir, membebani tingkat utilisasi, terutama pada rantai hulu seperti serat dan benang.

Kinerja Ekspor TPT Bertahan di Tengah Gejolak Pasar

Data perdagangan luar negeri menunjukkan bahwa sektor TPT masih mampu bertahan. Sepanjang Januari hingga Agustus 2025, ekspor TPT (HS 50–63) tercatat mencapai 8,01 miliar dollar AS. Angka ini mengalami kenaikan tipis 0,24 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024, yang kala itu sebesar 7,98 miliar dollar AS.

Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita turut mengonfirmasi kinerja ekspor yang menjadi bantalan bagi sektor ini. Ia menyebut, nilai ekspor industri tekstil mencapai 8,07 miliar dollar AS pada kuartal III 2025, disertai surplus perdagangan sebesar 2,5 miliar dollar AS.

Tekanan Impor dan Utilisasi Hulu yang Melambat

Meskipun demikian, gambaran yang berlapis ini terlihat dari data makro dan sinyal industri. Industri TPT dihadapkan pada tekanan berat di pasar domestik, yang kerap dikaitkan dengan serbuan produk impor pada segmen hilir. Kondisi ini secara langsung membebani utilisasi, terutama pada rantai hulu seperti serat dan benang.

Situasi ini terjadi di tengah proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang moderat. Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 akan tumbuh di bawah 5 persen. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi RI sebesar 5,12 persen pada kuartal II-2025 dan 5,04 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal III 2025. Pertumbuhan kumulatif hingga kuartal III 2025 tercatat 5,01 persen (c-to-c).

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita secara spesifik menyebut pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi pada kuartal III 2025 hanya berada di angka 0,93 persen. Angka ini jauh di bawah kinerja sektor-sektor lain, menandakan bahwa tahun 2025 menjadi

Mureks