Harga emas dunia melonjak signifikan sepanjang tahun 2025, berulang kali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH). Pada penutupan perdagangan Jumat (26/12/2025), harga emas global naik 1,18% ke level US$4.532,28 per troy ons, memecahkan rekor sebelumnya. Bahkan, pada perdagangan intraday, harga emas sempat menyentuh US$4.549,71 per troy ons.
Kenaikan harga emas berlangsung cepat dalam beberapa hari terakhir. Pada Jumat (19/12/2025), harga emas masih berada di level US$4.300, kemudian naik ke US$4.400 pada Senin (22/12/2025), sebelum akhirnya menembus US$4.500 pada Jumat (26/12/2025).
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Bank Sentral Ramai-Ramai Borong Emas
Seiring dengan lonjakan harga, bank sentral di berbagai negara terpantau aktif menambah cadangan emas mereka. Pada kuartal I-2025, Polandia, Azerbaijan, dan China menjadi pembeli emas terbesar yang tercatat secara resmi. Selain itu, aliran masuk emas yang stabil ke Iran juga mengindikasikan potensi pembelian tambahan oleh Bank Sentral Iran.
Memasuki semester pertama, data dari World Gold Council (WGC) menunjukkan bahwa bank sentral global melakukan pembelian bersih hingga 166 ton emas dalam tiga bulan terakhir hingga Juni 2025. Angka ini 33% lebih rendah dibandingkan basis kuartalan sebelumnya.
Dalam paruh pertama tahun ini, bank sentral India (Reserve Bank of India/RBI), Polandia (National Bank of Poland/NBP), dan China (People’s Bank of China/PBoC) masuk dalam daftar pembeli emas terbesar dunia. RBI dilaporkan membeli hampir setengah ton emas pada pekan terakhir Juni, setelah periode pembelian yang relatif konservatif. Stok emas RBI mencapai hampir 880 ton per 27 Juni 2025.
NBP menambahkan 19 ton ke cadangan emasnya pada kuartal II-2025. Sementara itu, PBoC membeli 6 ton emas pada kuartal II-2025, setengah dari jumlah yang dibeli pada kuartal I-2025. Cadangan emas China saat itu mencapai 2.299 ton, menurut data WGC.
Tren akumulasi emas ini berlanjut hingga Oktober 2025. Brasil menjadi pembeli tertinggi dengan 16 ton, diikuti Polandia dengan 15,6 ton, dan Uzbekistan dengan 9,3 ton. Hanya Rusia yang tercatat melakukan penjualan sebesar 3,1 ton pada periode tersebut.
Dari sisi cadangan emas global per November 2025, Amerika Serikat (AS) masih menduduki peringkat pertama dengan 8.133,50 ton. China berada di posisi ketujuh dengan 2.304,40 ton, dan India di posisi kesembilan dengan 880,20 ton. Indonesia menempati urutan ke-44 dengan cadangan emas 84,30 ton.
Faktor Pendorong Aksi Borong Emas
Menurut Metals Focus dalam laporan tahunannya, aksi pembelian masif oleh bank sentral ini tidak terlepas dari tren de-dolarisasi, yakni langkah diversifikasi cadangan devisa dari aset berbasis dolar AS ke emas. “Faktor-faktor yang mendorong de-dolarisasi tetap kuat. Bahkan, sikap kebijakan Trump yang tidak terduga, kritik publik terhadap Ketua The Fed Jerome Powell, dan prospek fiskal AS yang memburuk semakin mengikis kepercayaan terhadap dolar AS dan obligasi Treasury sebagai aset safe haven,” tulis Metals Focus, seperti dikutip Reuters.
Selain itu, tingginya ketegangan geopolitik sejak awal pemerintahan Trump juga disebut mengurangi daya tarik aset-aset AS. Bank sentral kini menyumbang hampir seperempat dari total permintaan emas dunia, menjadikannya kategori pembeli terbesar ketiga setelah sektor perhiasan dan investasi fisik.
Meskipun volume pembelian diproyeksikan turun 8% dari rekor 1.086 ton pada 2024, total pembelian bank sentral tahun ini tetap diperkirakan mencapai 1.000 ton. Seiring dengan pembelian tersebut, harga emas batangan telah melonjak sekitar 70% sepanjang tahun ini.
Proyeksi Harga Emas ke Depan
Banyak analis menilai, tren penguatan harga emas didorong oleh ketegangan geopolitik, potensi pemotongan suku bunga AS, pembelian kuat oleh bank sentral, dan permintaan investasi yang solid. Analis di SP Angel menyatakan, “Kami terus melihat tema jangka panjang diversifikasi cadangan devisa bank sentral sebagai pendorong utama harga emas hingga akhir dekade ini.”
SP Angel juga memproyeksikan kenaikan harga emas lebih lanjut. “Kami memperkirakan harga emas akan naik menuju US$5.000 per troy ons tahun depan,” tambah catatan tersebut. Goldman Sachs bahkan memperkirakan harga emas akan mencapai US$4.900 per troy ons pada Desember 2026.
Permintaan aset safe-haven diperkirakan akan tetap kuat di tengah ketegangan di Timur Tengah, ketidakpastian mengenai kesepakatan perdamaian Rusia-Ukraina, dan tindakan AS terhadap kapal tanker Venezuela.






