Internasional

Dunia Diguncang Rentetan Konflik Sepanjang 2025: Puluhan Ribu Jiwa Melayang di Berbagai Kawasan

Memasuki penghujung tahun 2025, dunia dihadapkan pada rentetan konflik bersenjata yang kian meluas, menyebabkan puluhan ribu jiwa melayang dan memicu krisis kemanusiaan di berbagai kawasan. Dari Timur Tengah hingga Eropa Timur, dari Afrika hingga Asia, gejolak geopolitik terus memanas tanpa tanda-tanda mereda.

Krisis Kemanusiaan di Gaza dan Konflik Timur Tengah

Konflik Israel-Hamas menjadi salah satu yang paling mematikan. Data otoritas kesehatan Gaza, yang banyak dikutip media internasional, mencatat total korban tewas sejak Oktober 2023 hingga akhir Desember 2025 mencapai sekitar 67.600 hingga lebih dari 70.000 jiwa. Angka tersebut mencakup warga sipil dan kombatan, dengan puluhan ribu lainnya mengalami luka-luka serius.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Meskipun gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat (AS) sempat berlaku, serangan Israel dilaporkan terus berlanjut. Akses bantuan kemanusiaan yang lambat menyebabkan jutaan warga Gaza hidup dalam kondisi darurat, menutup tahun 2025 dalam kehancuran total.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebelumnya menyatakan kelaparan yang diumumkan pada Agustus telah berakhir berkat akses bantuan. Namun, PBB memperkirakan korban perang sebenarnya lebih tinggi akibat dampak kelaparan, penyakit, dan runtuhnya layanan kesehatan, dengan verifikasi yang sulit karena akses terbatas.

Di Timur Tengah, ketegangan juga merembet ke negara lain. Israel melancarkan serangan udara di Ibu Kota Qatar, Doha, pada Selasa, 9 September 2025, dengan menargetkan para pejabat senior Hamas yang berkumpul untuk membahas proposal gencatan senjata AS terbaru untuk Gaza.

Sebelumnya, kondisi kerusakan Penjara Evin akibat serangan udara Israel juga dilaporkan setelah gencatan senjata antara Israel dan Iran di Teheran, Iran, pada Minggu, 29 Juni 2025.

Perang Berlarut di Ukraina dan Afrika

Di Eropa Timur, perang Rusia-Ukraina juga terus menelan korban jiwa. Menurut pemantauan Armed Conflict Location & Event Data Project (ACLED), Ukraina mencatat konflik paling mematikan di dunia pada tahun 2025, dengan hampir 78.000 korban jiwa. ACLED menyoroti bahwa serangan Rusia yang tidak pandang bulu di seluruh Ukraina menyebabkan tewasnya lebih dari 2.000 warga sipil.

Benua Afrika tak luput dari gejolak. Di Kongo timur, lebih dari 140 warga sipil tewas dalam serangan kelompok bersenjata M23 yang didukung Rwanda pada Juli lalu. Temuan ini diungkap Human Rights Watch (HRW) dalam laporan terbarunya yang dirilis pada Rabu, 20 Agustus 2025. PBB menyebut konflik puluhan tahun di Kongo timur sebagai “salah satu krisis kemanusiaan paling berlarut-larut dan serius di dunia.”

Sementara itu, Sudan menempati posisi sebagai konflik paling mematikan bagi warga sipil di Afrika pada 2025. Lebih dari 17.000 orang tewas antara Januari hingga November. ACLED mencatat Rapid Support Forces (RSF) menjadi aktor paling berbahaya bagi warga sipil, menyumbang sekitar dua pertiga tindakan kekerasan bersama kelompok bersenjata non-negara dan massa.

Gejolak di Asia: Dari Myanmar hingga Perbatasan Thailand

Kawasan Asia juga diwarnai konflik serius. Eskalasi perang saudara di Myanmar kian mengerikan akibat tingginya intensitas serangan udara terhadap warga sipil. Pasukan junta militer Myanmar dilaporkan telah memperketat cengkeraman mereka di kedua sisi Sungai Irrawaddy setelah berhasil merebut kembali kota Singu di Mandalay utara dari tangan Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF).

Di Asia Selatan, hubungan India dan Pakistan mencapai titik balik paling berbahaya sepanjang 2025. Tragedi pada 22 April 2025, yang bukan sekadar serangan teror biasa, menjadi pemantik eskalasi militer terbesar antara dua negara berkekuatan nuklir di Asia Selatan dalam beberapa dekade terakhir. Insiden ini membuka kembali luka lama bernama Kashmir, wilayah sengketa yang tak pernah benar-benar damai sejak pemisahan India dan Pakistan oleh Inggris hampir delapan dekade lalu.

Dua negara Muslim lainnya, Pakistan dan Afghanistan, juga terancam konflik senjata setelah serangan di perbatasan pada Selasa, 25 November 2025. Pakistan dituduh bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan 10 orang itu. Pemerintah Taliban Afghanistan bahkan berjanji untuk “merespons dengan tepat” serangan tersebut, yang terjadi sehari setelah bom bunuh diri mengguncang Peshawar di perbatasan Pakistan.

Di Asia Tenggara, Thailand dan Kamboja akhirnya menyepakati gencatan senjata segera setelah hampir tiga pekan bentrokan mematikan di wilayah perbatasan kedua negara. Kesepakatan tersebut diumumkan melalui pernyataan bersama menteri pertahanan Thailand dan Kamboja, berlaku mulai Sabtu, 27 Desember 2025 siang waktu setempat. Jika berjalan selama 72 jam tanpa pelanggaran, Thailand akan membebaskan 18 tentara Kamboja yang ditahan sejak Juli lalu. Perselisihan perbatasan kedua negara telah berlangsung lebih dari satu abad, dengan ketegangan meningkat awal tahun ini setelah insiden di kuil sengketa, tewasnya tentara Kamboja pada Mei, dan pertempuran sengit pada Juli.

Potensi Konflik Baru dan Ketegangan Geopolitik Global

Di sisi lain, potensi perang baru bisa saja terjadi di tangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, terutama menyasar Venezuela. Para ahli mengatakan Trump dapat memerintahkan serangan militer terbatas di Venezuela tanpa persetujuan Kongres, tetapi itu hanya berlaku sementara dan hanya jika dibingkai sebagai tindakan defensif atau terbatas cakupannya. Amerika Serikat sendiri telah melakukan beberapa serangan udara sejak September terhadap kapal-kapal yang diduga terlibat perdagangan narkoba di Karibia dan Pasifik, rata-rata merupakan kapal-kapal Venezuela.

Di Asia Timur, militer China menggelar latihan besar-besaran dengan tembak langsung di perairan timur Taiwan pada Senin, 29 Desember 2025. Dilansir Reuters, latihan bertajuk “Misi Keadilan 2025” itu mensimulasikan blokade pelabuhan utama Taiwan dengan melibatkan pasukan, kapal perang, jet tempur, dan artileri. Pemerintah Taiwan mengecam latihan tersebut sebagai bentuk intimidasi militer Beijing.

Mureks