Industri sinema di Indonesia terus berkembang, dengan jaringan bioskop asal Korea Selatan, CGV, berencana melakukan ekspansi pada tahun 2026. Peningkatan daya beli masyarakat Indonesia, khususnya generasi Milenial dan Gen Z, menjadi modal utama bagi rencana perluasan ini.
Chief Marketing Officer CGV Indonesia, Ssun Kim, mengungkapkan bahwa sajian yang disuguhkan industri itu kepada penonton tidak lagi hanya dalam bentuk film, melainkan juga merambah ke konten-konten alternatif, seperti konser di ruang bioskop hingga nonton bareng pertandingan sepak bola.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Ssun Kim menjelaskan, harga untuk menonton konten alternatif bahkan kerap lebih mahal dari film bioskop konvensional. Namun, tingkat keterisiannya justru lebih tinggi. “Harga untuk konten alternatif jauh lebih mahal dibandingkan dengan konten biasa,” kata Ssun dalam diskusi yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) pada Rabu (24/12/2025).
Sebagai contoh, saat CGV menggelar konser K-Pop grup Seventeen pada tahun ini, tingkat keterisian penontonnya lebih tinggi dari keterisian nonton sinema. Padahal, ia mengatakan, harga yang dibanderol ialah Rp350.000. “Itu berarti lebih dari enam kali lipat harga tiket normal. Namun demikian, tingkat keterisiannya justru sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan konten biasa,” paparnya.
Ssun Kim menegaskan bahwa tren ini menunjukkan peningkatan daya beli masyarakat. “Jadi, hal itu menjadi alasan utama mengapa saya bisa mengatakan bahwa daya beli generasi Millenials, Gen Z terus meningkat dari waktu ke waktu. Konten alternatif semacam itu menyumbang lebih dari 10% dari sisi pendapatan kami,” tegas Ssun.
Melihat potensi tersebut, Ssun Kim menyatakan bahwa CGV sedang mempertimbangkan untuk memperluas volume konten alternatif pada tahun mendatang. Selain itu, CGV juga percaya diri untuk memperluas format nonton Screen X, teknologi layar panoramik 270 derajat yang telah dikirim dari Korea Selatan ke Indonesia sejak 2017.
Screen X menawarkan pengalaman menonton dengan tampilan layar yang membentang dari depan hingga ke sisi kanan dan kiri auditorium, dengan total panjang 72,4 x 11 meter, serta menggunakan silver screen dan laser projector 4K. “CGV juga mempertimbangkan untuk melakukan ekspansi pada tahun depan. Jika kami memutuskan untuk membuka lebih banyak, kemungkinan lokasinya adalah di wilayah Bandung,” jelas Ssun.
Sebagai informasi, PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ), operator CGV Indonesia, mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp 922,25 miliar hingga akhir kuartal III-2025, meningkat dari Rp 893,97 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Laba tahun berjalan juga naik signifikan menjadi Rp 28,74 miliar, dari Rp 11,50 miliar pada periode sebelumnya.
Sementara itu, industri sinema lainnya, PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNMA) yang mengelola Cinema XXI, juga membukukan total pendapatan Rp 4,3 triliun hingga akhir kuartal III-2025. Angka ini naik 0,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, meskipun terjadi penurunan jumlah penonton. Laba bersih Cinema XXI pada periode tersebut mencapai Rp 444,9 miliar.






