Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan, Densus 88 AT Polri, serta Pondok Pesantren (Ponpes) LP3IA Al-Qur’an Narukan menyelenggarakan Dialog Kebangsaan. Acara ini digelar di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, pada Senin, 22 Desember 2025.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya berkelanjutan dalam memperkuat pemahaman keagamaan yang moderat, inklusif, dan sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan. Dialog ini juga menjadi sarana pencerahan serta mendukung program deradikalisasi dan penguatan moderasi beragama.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Kepala BNPT, Eddy Hartono, menegaskan pentingnya forum ini. “Forum dialog kebangsaan ini menjadi wadah pencerahan bagi kita semua yang hadir,” ujar Eddy dalam keterangannya, Selasa (23/12/2025).
Eddy juga mendorong para mitra deradikalisasi untuk memanfaatkan momentum dialog sebagai ruang pembelajaran dan refleksi kebangsaan. “Jadi gunakan waktu ini sebaik-baiknya dan ini merupakan pencerahan dan pembekalan untuk iman kita lebih tumbuh dan berkembang dalam rangka kita mengimplementasi sebagai Warga Negara Indonesia,” tambahnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, turut menyampaikan penguatan nilai dialog dalam ajaran Islam. Dirinya menilai bahwa melalui dialog, seseorang dapat berpikir lebih objektif. “Awal Islam yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW itu sebagai agama dialog. Dialog itu menjadikan orang bisa berfikir objektif,” jelas Gus Baha.
Sementara itu, Pimpinan Pondok Pesantren LP3IA Al-Qur’an Narukan, Gus Umam, menekankan komitmen pesantren dalam mencetak santri yang tidak hanya memahami ilmu agama, tetapi juga memiliki wawasan kebangsaan. “Pondok pesantren Al-Quran selalu berkomitmen mendidik santri tidak hanya memahami ilmu agama, tetapi juga memiliki sikap toleran, menghargai perbedaan, dan cinta terhadap NKRI. Kegiatan ini menjadi bagian dari ikhtiar bersama untuk menjaga persatuan dan kedamaian bangsa,” terang Gus Umam.
Salah satu Mitra Deradikalisasi, Laswadi, mengungkapkan dampak positif dialog kebangsaan terhadap proses perubahan pemahaman. “Dengan adanya dialog ini akan semakin menambah keyakinan saya akan perubahan dalam hal kearah yang lebih baik dalam bernegara berbangsa dan beragama,” ungkap Laswadi.
Ia juga menilai dialog bersama para ulama menjadi sarana efektif untuk meluruskan pemahaman keagamaan yang keras dan intoleran. “Yang intoleran itu sangat diperlukan sangat efektif dengan dialog tentunya sehingga dengan dialog itu juga memahami sebetulnya apa yg dirasakan oleh kawan-kawan yang pemahamannya keras,” tambah Laswadi.
Kegiatan ini dilaksanakan secara luring dan daring, dengan diikuti oleh 20 mitra deradikalisasi (eks napiter) di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu, 223 narapidana terorisme yang tersebar di 36 Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia, termasuk Lapas Nusakambangan, juga turut serta. Keterlibatan peserta dari berbagai latar belakang tersebut diharapkan dapat memperluas jangkauan pesan moderasi beragama dan toleransi.
Melalui dialog kebangsaan ini, BNPT berharap dapat menjadi ruang pencerahan bersama dalam memperkuat moderasi beragama, menumbuhkan sikap toleran, serta menjaga persatuan dan kedamaian bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.






