Selasa, 30 Desember 2025, data pasar menunjukkan kinerja Bitcoin sepanjang tahun 2025 tertinggal jauh dibandingkan emas dan perak. Klaim Bitcoin sebagai aset yang mampu mengungguli logam mulia dalam hal imbal hasil selama satu dekade terakhir kini dipertanyakan, seiring aset kripto menghadapi tantangan serius dari instrumen investasi tradisional yang dinilai lebih stabil.
Dikutip dari CoinMarketCap, sepanjang 2025, Bitcoin mengalami pelemahan harga yang signifikan. Sebaliknya, emas dan perak justru mencatat lonjakan harga yang substansial di tengah gejolak ekonomi global. Sejumlah laporan analis pasar terbaru menyoroti pergeseran ini, yang berpotensi memengaruhi sentimen investor.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Meskipun harga Bitcoin menurun, minat dari institusi besar seperti BlackRock dilaporkan masih mencatat arus dana masuk yang signifikan. Namun, di sisi lain, bank sentral Rusia, India, dan Arab Saudi secara aktif menambah kepemilikan emas dan perak. Hal ini mencerminkan adanya pergeseran strategi investasi yang lebih berbasis pada komoditas.
Perhatian Investor Beralih ke Logam Mulia
Kinerja kuat emas dan perak telah menarik perhatian investor global, memengaruhi dinamika pasar secara keseluruhan. Pelemahan Bitcoin diyakini mencerminkan ketidakpastian ekonomi yang lebih luas, sekaligus menandai pergeseran minat investor ke aset berbasis komoditas yang lebih stabil.
Reli harga emas dan perak juga berdampak pada persepsi Bitcoin sebagai penyimpan nilai (store of value). Tren terbaru ini menegaskan bahwa logam mulia tradisional kembali dipandang sebagai aset andalan di tengah kondisi ekonomi yang bergejolak. Data jangka pendek menunjukkan volatilitas pasar kripto masih tinggi, sangat kontras dengan stabilitas relatif yang ditawarkan emas dan perak, mendorong minat baru terhadap aset yang dinilai lebih aman.
Diversifikasi Portofolio di Tengah Inflasi
Seiring berkembangnya kerangka regulasi untuk aset tradisional maupun digital, potensi pergeseran strategi keuangan semakin terlihat jelas. Secara historis, kondisi inflasi yang meningkat kerap mendorong investor untuk melakukan diversifikasi portofolio, dengan logam mulia menjadi pilihan utama dibandingkan aset digital.
Laporan pasar terbaru merinci penurunan kinerja Bitcoin. “Bitcoin turun sekitar 8–9,6% sejak awal tahun hingga akhir Desember 2025, diperdagangkan di kisaran USD 87.498, atau turun sekitar 30% dari puncaknya di USD 126.000,” demikian bunyi kutipan laporan tersebut.






