Gerakan ‘Go Vegan’ belakangan ini menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial, terutama TikTok dan Instagram. Tren yang menyerukan penolakan terhadap konsumsi produk hewani ini memicu beragam respons dari publik, mulai dari dukungan kuat hingga kecaman.
Gaya hidup ‘Go Vegan’ sendiri merupakan pilihan sebagian individu untuk tidak mengonsumsi atau menggunakan produk hewani beserta turunannya. Ini mencakup daging, telur, susu, madu, serta produk lain yang berasal dari hewan. Sebagai gantinya, para penganut gaya hidup ini memilih untuk mengonsumsi produk nabati seperti buah, sayur, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Asal Mula Kontroversi ‘Go Vegan’ di Media Sosial
Pemicu utama ramainya perbincangan ‘Go Vegan’ di media sosial adalah unggahan video dari akun TikTok dan Instagram ‘Bahagia Vegan’. Akun tersebut menyebarkan narasi kontroversial yang menyatakan bahwa mengonsumsi daging hewan sama dengan tindakan penyiksaan terhadap makhluk hidup.
Para penggerak ‘Go Vegan’ berpandangan bahwa menjalani gaya hidup vegan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya penting untuk menyelamatkan bumi. Dalam salah satu video yang menjadi viral, mereka secara tegas menyampaikan pesan, “Hewan adalah teman, bukan makanan. Go Vegan!”
Unggahan tersebut sontak menuai berbagai reaksi dari masyarakat. Meskipun ada pihak yang mendukung gerakan ini, tidak sedikit pula warganet yang menyatakan kontra. Salah satunya adalah pemilik akun TikTok @sadampermanawiyana.
Melalui unggahannya, @sadampermanawiyana berpendapat bahwa pilihan untuk menjalani gaya hidup vegan adalah hak setiap individu. Namun, ia mengingatkan agar tidak melabeli orang yang mengonsumsi daging sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kekejaman terhadap hewan.
Menurutnya, masyarakat non-vegan pada dasarnya telah mengikuti aturan yang berlaku dalam memperlakukan hewan. “Di Indonesia, ada undang-undang tentang peternakan dan kesehatan hewan. Ada pasal yang mengatur, setiap orang yang memanfaatkan hewan, itu wajib memperlakukan hewan secara wajar dan tidak menyakiti hewan,” terang @sadampermanawiyana.
Ia melanjutkan, “Jadi, ada kaidah dan prosedur serta hukum terhadap proses dari penyembelihan hewan untuk mengonsumsi hewan.”
Menelusuri Sejarah Gaya Hidup Vegan
Gerakan ‘Go Vegan’ berakar dari gaya hidup vegan yang telah dikenal sejak lama. Mengacu pada kamus Merriam-Webster, vegan didefinisikan sebagai istilah untuk vegetarian ketat yang tidak mengonsumsi makanan yang berasal dari hewan, seperti daging, telur, maupun produk susu.
Komitmen vegan tidak hanya terbatas pada pola makan, tetapi juga mencakup penghindaran penggunaan produk hewani lainnya, termasuk barang berbahan kulit atau turunan hewan.
Dikutip dari situs The Vegan Society, praktik menghindari produk hewani telah ada sejak lebih dari 2.000 tahun lalu. Salah satu tokoh yang kerap dikaitkan dengan pembahasan gaya hidup ini adalah Siddhartha Gautama, yang menyampaikan konsep diet vegetarian kepada para pengikutnya.
Perkembangan konsep vegan modern mulai terlihat pada tahun 1806. Dua tokoh asal Inggris, Dr. William Lambe dan Percy Bysshe Shelley, secara terbuka menolak konsumsi telur dan produk susu dengan alasan etika.
Seiring waktu, gagasan tersebut semakin menyebar dan menarik perhatian masyarakat global. Sejumlah individu yang menjalani pola hidup vegetarian pun mulai mengadakan pertemuan untuk membahas prinsip-prinsip hidup ini.
Puncaknya terjadi pada November 1944, ketika istilah “vegan” secara resmi diperkenalkan sebagai sebutan bagi orang yang tidak mengonsumsi produk hewani dalam bentuk apa pun. Salah satu tokoh penting dalam kelompok ini adalah Donald Watson, yang kini dikenal sebagai pencipta istilah vegan.






