Api melahap belasan rumah di permukiman padat Jalan Karya Dalam III, Kelurahan Wijaya Kusuma, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada Selasa (23/12/2025). Insiden ini menyisakan duka mendalam bagi para warga, yang harus menyaksikan tempat tinggal dan kenangan masa kecil mereka hangus menjadi abu. Sebanyak 14 rumah dilaporkan terbakar habis, memaksa sejumlah warga mengungsi sementara ke masjid terdekat.
Salah satu korban, Tiwi (35), tak kuasa menahan kesedihan saat melihat rumah orang tuanya yang menyimpan segudang kenangan sejak ia kecil, kini rata dengan tanah. “Sebenarnya mah berantakan (hati) saya ngelihat keluarga begini. Saya kan memang posisi beda rumah ya. Berantakan saya, hancur. Sejujurnya saya hancur. Apalagi ngeliat kondisi rumah kita yang dari kecil, sudah tercipta dari lahir saya di situ kan. Itu kebetulan rumah orang tua. Lalu kita lihat seperti itu keadaannya, sakit, sedih,” ungkap Tiwi dengan suara bergetar.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Tiwi menuturkan, sepeninggal orang tuanya, rumah tersebut ditempati oleh kakaknya. Nahas, saat kebakaran terjadi, sang kakak mengalami syok berat hingga harus dilarikan ke rumah sakit. “Posisi kakak saya langsung dilarikan ke IGD, langsung ke RSUD Tarakan. Kondisi dia memang sakit, emang punya riwayat sakit. Berhubung adanya kejadian tersebut, syok berat,” jelasnya.
Kobaran api yang begitu cepat menyebar membuat Tiwi dan keluarganya tak sempat menyelamatkan harta benda. Seluruh isi rumah, termasuk sepeda listrik, barang elektronik, sound system, hingga dokumen-dokumen penting, ludes dilalap si jago merah. “Itu semua nggak ada yang bisa diselamatkan. Di situ 1 unit sepeda listrik kena, terus barang-barang elektronik, sound system apa semua abis. Di dalam rumah itu abis semua, dari 2 lantai itu abis semua,” kata Tiwi.
Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam musibah ini, meskipun kerugian materiil sangat besar. “Alhamdulillahnya tidak ada korban jiwa, hanya ya dokumen-dokumen penting pun habis semua terbakar. Karena memang apinya tuh cepet,” imbuhnya. Tiwi sangat berharap pemerintah dapat segera memberikan bantuan, terutama untuk pembangunan kembali rumah-rumah yang terbakar serta pengurusan dokumen berharga yang hilang.
Senada dengan Tiwi, warga lain bernama Surya (45) juga menceritakan kepanikan saat insiden terjadi. Api tak hanya melahap rumahnya, tetapi juga rumah adik dan orang tuanya yang berada di lingkungan yang sama. “Ini (rumah saya). Ini rumah adik saya yang belakang, itu yang tembok dari kabel sampai tembok beton sana tuh. Nah ini rumah ibu saya,” tunjuk Surya sambil mengarahkan pandangannya ke puing-puing.
Lingkungan tersebut memang banyak dihuni oleh kerabat dekatnya. Prioritas utama Surya saat itu adalah mengevakuasi anggota keluarga, terutama yang sakit dan lansia. “Kita kebetulan kan saudara banyak juga dimari. Jadi udah kita evakuasi dulu orang-orangnya. Kan ada yang sakit juga kan, nah itu yang penting kita evakuasi dulu. Sama orang-orang tua nih, lansia kan ada dua yang lagi pada sakit juga. Makanya dibawa dulu ke masjid, dievakuasi semuanya,” terang Surya.
Surya mengaku tidak lagi memikirkan harta benda, fokusnya hanya pada keselamatan jiwa. Meski demikian, ia tidak menampik adanya korban luka-luka ringan di antara warga dan relawan yang membantu evakuasi. “Kalau korban luka ada. Untuk yang bantuin-bantuin evakuasi kan ada yang naik. Meskipun dia pakai sendal atau apa. Nancep-nancep paku. Ada yang ketiban-tiban kayu, keseleo. Banyak sih kalau untuk (korban) luka-luka. Cuma kalau untuk korban (jiwa) alhamdulillah nggak ada,” ujarnya.
Sama seperti Tiwi, Surya juga sangat mengharapkan uluran tangan pemerintah untuk membantu pembangunan kembali rumah-rumah mereka. “Ya tujuan kita udah pasti kalau sama pemerintah itu tujuannya ya rumah ini. Biar kita minimal gak sepermanen mungkin tapi kita kan bisa ada yang bantu ngebangun lah. Itu aja. Supaya kita istilahnya bisa gak kepanasan, gak keujanan,” pungkas Surya, berharap agar mereka bisa segera memiliki tempat berteduh kembali.






