Tahun 2025 menjadi periode penuh dinamika bagi perekonomian Indonesia, ditandai oleh serangkaian peristiwa penting yang memengaruhi pasar modal, nilai tukar rupiah, hingga kebijakan fiskal. Gejolak ini tidak hanya tercermin pada indikator makroekonomi, tetapi juga menyentuh langsung sektor keuangan dan perbankan, termasuk pembekuan sementara perdagangan saham dan tekanan tajam pada nilai tukar rupiah di pasar offshore. Puncaknya, terjadi perubahan di pucuk pimpinan ekonomi dengan dilantiknya Menteri Keuangan baru.
Perdagangan Saham Sempat Dihentikan Sementara
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil langkah drastis dengan menghentikan sementara perdagangan saham pada Selasa, 18 Maret 2025. Pembekuan sistem perdagangan Jakarta Automated Trading System (JATS) terjadi sekitar pukul 11.19 WIB, menyusul penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 5 persen.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Langkah ini diambil untuk mengendalikan volatilitas pasar dan memberikan ruang bagi investor untuk merespons informasi secara seimbang. BEI menjelaskan, “Kami menginformasikan telah terjadi pembekuan sementara perdagangan sistem perdagangan di PT Bursa Efek Indonesia pada pukul 11:19:31 waktu JATS yang dipicu penurunan IHSG mencapai 5 persen.”
Kebijakan tersebut merujuk pada Surat Keputusan Direksi BEI Nomor Kep-00024/BEI/03-2020 yang diterbitkan pada 10 Maret 2020. Perdagangan kemudian dibuka kembali pada pukul 11.49 WIB tanpa perubahan jadwal. Kebijakan serupa pernah diterapkan beberapa kali pada tahun 2020 saat pandemi Covid-19 melanda.
Rupiah Tertekan, Tembus Rp 17.000 per Dollar AS di Pasar Offshore
Nilai tukar rupiah kembali menghadapi tekanan signifikan pada kuartal II-2025. Setelah libur Lebaran, rupiah di pasar Non Deliverable Forward (NDF) melemah tajam. Pada Senin, 7 April 2025, kontrak NDF mencatat kurs Rp 17.171 per dollar AS, melemah 148 poin dari level sebelumnya.
Pelemahan ini dipicu oleh tekanan mata uang Asia akibat penguatan dollar AS dan kekhawatiran resesi global. Sentimen pasar juga diperburuk oleh perang dagang yang terus berlanjut. Posisi tersebut menjadi yang terburuk di pasar forward offshore, bahkan lebih rendah dibandingkan rekor saat pandemi Covid-19 dan krisis moneter 1998.
Presiden Prabowo Lantik Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan Baru
Perubahan signifikan di kabinet terjadi pada Senin, 8 September 2025, ketika Presiden Prabowo Subianto melantik Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan. Pelantikan berlangsung di Istana Kepresidenan Jakarta, menandai pergantian posisi dari Sri Mulyani Indrawati.
Pengangkatan Purbaya tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 86P Tahun 2025. Purbaya dikenal memiliki latar belakang akademik dan teknokrat yang kuat, dengan gelar sarjana dari Institut Teknologi Bandung serta gelar magister dan doktor ekonomi dari Purdue University, Amerika Serikat.
Sebelum menjabat sebagai Menteri Keuangan, Purbaya memiliki rekam jejak karier yang luas, meliputi sektor energi, pasar modal, riset ekonomi, hingga pemerintahan. Ia juga pernah memimpin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sejak tahun 2020.






