Internasional

MPR RI Peringatkan Indonesia Telah Memasuki Krisis Iklim Akibat Energi Fosil

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Eddy Soeparno, menegaskan bahwa Indonesia saat ini telah memasuki fase krisis iklim. Kondisi ini dinilai jauh lebih serius dibandingkan sekadar perubahan iklim biasa, dengan pemicu utama adalah penggunaan energi fosil yang masih masif.

Pernyataan tersebut disampaikan Eddy dalam acara Refleksi Akhir Tahun 2025 yang berlangsung di Gedung DPR/MPR, Jakarta, pada Senin (29/12/2025). Menurutnya, situasi ini telah memicu ketidakpastian cuaca ekstrem dan ancaman bencana lingkungan yang semakin nyata.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

Indonesia di Ambang Batas Kritis

Eddy Soeparno secara tegas menolak penggunaan istilah perubahan iklim. Ia berpendapat bahwa realitas di lapangan menunjukkan urgensi yang jauh lebih tinggi, menempatkan Indonesia pada ambang batas yang kritis, satu level sebelum mencapai tahap bencana iklim total.

“Kami sudah dalam beberapa kesempatan menyampaikan bahwa saya sudah tidak mau lagi menggunakan istilah perubahan iklim. Karena hari ini kita sudah merasakan bahwa Indonesia sudah berada di tahap krisis iklim. Satu tahap di atas perubahan iklim, satu tahap di bawah bencana iklim,” kata Eddy.

Ia menjelaskan bahwa penyebab utama krisis ini adalah ketergantungan berkepanjangan pada energi kotor. Emisi karbon yang dihasilkan dari pembakaran energi fosil dinilai telah mengacaukan pola musim di tanah air, membuat kedatangan musim hujan dan kemarau menjadi sangat sulit diprediksi oleh masyarakat, khususnya para petani.

“Kita juga melihat bahwa krisis iklim yang merupakan bagian dari dampak penggunaan energi fosil yang begitu besar, di mana kita tidak mengetahui lagi curah hujan itu kapan datangnya,” tambahnya.

Dampak Nyata Krisis Iklim

Kekacauan pola cuaca ini telah memunculkan berbagai fenomena ekstrem, mulai dari panas menyengat yang berkepanjangan hingga hujan lebat di luar kebiasaan. Dampaknya pun tidak main-main, terlihat dari rentetan bencana banjir dan kerusakan infrastruktur yang baru-baru ini melanda wilayah Sumatra, Jawa Tengah, hingga Bali.

“Kita mengenal istilah iklim atau curah hujan ekstrem, hujan ekstrem, panas ekstrem karena saat ini memang kondisinya sudah sangat berubah, masuk di tahap krisis,” tegas Eddy.

Untuk mengatasi paradoks energi dan ancaman krisis iklim yang semakin mendesak, Eddy Soeparno mendorong pemerintah untuk segera mempercepat transisi energi. Pengembangan sumber energi terbarukan di dalam negeri dinilai harus dipacu guna mengurangi ketergantungan pada energi fosil impor yang tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga membebani ekonomi nasional.

Mureks