Keuangan

Menteri Teuku Riefky Harsya Tegaskan Ekonomi Kreatif Daerah Jadi Mesin Pertumbuhan Baru Indonesia

Advertisement

Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Ekraf) Teuku Riefky Harsya bersama para ahli membahas strategi penguatan ekonomi kreatif sebagai penggerak utama ekonomi nasional dalam forum Prasasti Insights di Jakarta, Selasa (23/12/2025). Forum dialog inklusif ini bertujuan menyelaraskan perspektif dan membuka peluang kolaborasi demi mempercepat kontribusi sektor ekonomi kreatif.

Teuku Riefky Harsya menegaskan bahwa potensi ekonomi kreatif dari daerah merupakan “tambang baru” bagi Indonesia. “Tambang baru di Indonesia itu ekonomi kreatif dari masing-masing daerah. Kementerian Ekraf senantiasa memetakan tiap potensi subsektor unggulan dari daerah dengan kekayaan budaya nusantara yang menjadi sumber identitas dan motivasi, populasi generasi muda yang mewakili digital native secara aktif, dan transformasi digital yang berkembang pesat. Inilah yang menjadikan ekonomi kreatif sebagai mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional yang dimulai dari daerah,” ujar Teuku dalam keterangan tertulis yang diterima pada Rabu, 24 Desember 2025.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Pernyataan tersebut disampaikan Teuku saat memaparkan potensi, arah kebijakan, serta tantangan pengembangan ekonomi kreatif di The Sultan Hotel & Residence, Jakarta. Ia turut menyampaikan capaian sektor ekonomi kreatif sepanjang setahun terakhir yang signifikan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja berkualitas, penguatan kelas menengah, serta peningkatan daya saing Indonesia di tingkat global.

Kinerja dan Program Penguatan Ekonomi Kreatif

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor ekonomi kreatif telah berhasil menyerap lebih dari 27,4 juta tenaga kerja, yang setara dengan 18,70 persen dari total penduduk usia produktif. Capaian ini sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi Indonesia menuju 8%.

“Dalam Asta Ekraf, kami memiliki rumusan program Talenta Ekraf yang memberikan kegiatan pelatihan-pelatihan untuk semua subsektor sehingga para talenta bisa meningkatkan atau mengkombinasikan skill yang dipunya,” ungkap Teuku. Ia menambahkan, “Dari situ, kami juga melakukan scale up akses pasar dan akses pendanaan untuk pendampingan promosi serta jejaring sehingga mereka bisa naik ke level nasional hingga global.”

Di kesempatan yang sama, Executive Director Prasasti, Nila Marita, menyoroti pentingnya ruang dialog kebijakan yang inklusif, terstruktur, dan berorientasi pada solusi untuk penguatan ekonomi kreatif. Menurutnya, diskusi dalam Prasasti Insights menjadi fondasi awal untuk merumuskan kebijakan ekonomi kreatif yang lebih terarah ke depan.

“Kami menyampaikan apresiasi atas konsistensi dari Kementerian Ekonomi Kreatif dalam menegaskan bahwa ekonomi kreatif Indonesia harus terus tumbuh dan berkembang dari daerah. Pesan ini menjadi benang merah dalam berbagai kebijakan dan program sekaligus mencapai pemahaman bahwa kekuatan ekonomi kreatif nasional berakar pada keragaman lokal, talenta daerah, dan ekosistem kreatif dari berbagai wilayah di Indonesia,” kata Nila.

Advertisement

Nila percaya bahwa diskusi Prasasti Insights dapat memperkaya sudut pandang dan membuka ruang kolaborasi yang lebih kompeten, selaras dengan arah kebijakan Kementerian Ekonomi Kreatif. “Kami percaya dengan konsistensi arah kebijakan dan dukungan lintas pihak, potensi ekonomi kreatif sebagai pertumbuhan ekonomi sekaligus kebanggaan Indonesia di kancah global semakin dapat direalisasikan,” jelasnya.

Kajian Prasasti dan data BPS menunjukkan kinerja ekonomi kreatif yang relatif kuat. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor ekonomi kreatif tercatat mencapai 5,69 persen, dengan nilai ekspor menembus US$ 12,89 miliar, melampaui target 2025.

Board of Advisors Prasasti, Burhanuddin Abdullah, menekankan bahwa Indonesia memiliki modal unik yang sulit direplikasi. “Indonesia memiliki modal yang tidak mudah direplikasi, yakni kekayaan budaya yang orisinal serta kreativitas yang tumbuh dari keragaman. Di saat banyak negara bertumpu pada efisiensi skala dan teknologi semata, ekonomi kreatif Indonesia justru menawarkan diferensiasi nilai yang kuat, berbasis identitas, narasi, dan inovasi lokal. Potensi ini menjadikan sektor ekonomi kreatif relevan membuka peluang ekonomi nasional dalam mencapai target pertumbuhan,” imbuh Burhanuddin.

Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi panel yang membahas perspektif pemerintah terhadap perkembangan industri kreatif. Diskusi ini dipandu oleh Policy and Program Director Prasasti, Piter Abdullah. Selain Menteri Ekraf, hadir pula Director of Digital Economy CELIOS, Nailul Huda, yang memaparkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat sipil dalam mendorong integrasi kebijakan ekonomi kreatif.

Turut mendampingi Menteri Teuku Riefky Harsya dalam kegiatan tersebut antara lain Sekretaris Kementerian Ekraf/Sekretaris Utama Badan Ekraf Dessy Ruhati; Deputi Bidang Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif Cecep Rukendi; Deputi Bidang Kreativitas Budaya dan Desain Yuke Sri Rahayu; Deputi Bidang Kreativitas Digital dan Teknologi Muhammad Neil El Himam; Staf Khusus Menteri Bidang Isu Strategis dan Antarlembaga Rian Firmansyah; Direktur Kajian dan Manajemen Strategis Agus Syarip Hidayat; serta Direktur Arsitektur dan Desain Sabar Norma Megawati Panjaitan, bersama perwakilan asosiasi, akademisi, dan media massa.

Advertisement
Mureks