Keuangan

BBCA Tertekan, Dividen Tetap Mengalir, Peluang Strategis Saham Blue Chip Menuju 2026

Advertisement

Ketika harga saham turun, sebagian investor memilih menjauh. Namun bagi investor berorientasi jangka panjang, justru di fase inilah peluang sering muncul. BBCA menjadi contoh nyata, meski tercatat sebagai salah satu pemberat IHSG sepanjang 2025, bank swasta terbesar di Indonesia ini tetap konsisten membagikan dividen dan menjaga fundamental yang solid.

PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) resmi akan mencairkan dividen tunai interim tahun buku 2025 pada Senin, 22 Desember 2025. Manajemen menetapkan dividen sebesar Rp55 per saham, dengan total nilai mencapai sedikitnya Rp6,77 triliun. Keputusan ini disetujui direksi dan dewan komisaris pada 24 November 2025.

“Perseroan menyampaikan pembagian dividen interim untuk tahun buku 2025 sesuai dengan keputusan direksi yang telah disetujui dewan komisaris,” ujar Corporate Secretary BCA, I Ketut Alam Wangsawijaya.

Dividen BBCA Ditopang Fundamental Kuat

BBCA
BBCA hari ini

Pembagian dividen ini bukan tanpa dasar. Hingga 30 September 2025, BBCA mencatat laba bersih sebesar Rp43,39 triliun. Selain itu, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya mencapai Rp252,04 triliun, dengan total ekuitas sebesar Rp276,63 triliun.

Kondisi tersebut memberi ruang yang cukup bagi BBCA untuk:

  • Membagikan dividen kepada pemegang saham
  • Menjaga rasio permodalan tetap solid
  • Menjalankan strategi jangka panjang, termasuk buyback saham

Namun, manajemen juga mengingatkan bahwa jumlah saham yang menerima dividen interim berpotensi lebih rendah akibat program pembelian kembali saham (buyback) yang berlangsung hingga awal 2026.

Klik BBCA untuk update berita tentang BBCA dan saham lainnya!

BBCA Jadi Pemberat IHSG, Tapi Bukan Tanpa Alasan

BBCA
IHSG Hari Ini, 22-12-25

Di tengah penguatan IHSG sepanjang 2025 yang naik 21,61% secara year to date, sejumlah saham blue chip justru mengalami koreksi. Salah satunya adalah BBCA, yang tercatat turun 16,80% dan menekan IHSG sekitar 99,72 poin.

Tekanan BBCA tergolong signifikan mengingat kapitalisasi pasarnya mencapai sekitar Rp982 triliun, terbesar kedua di Bursa Efek Indonesia. Meski demikian, koreksi ini dinilai lebih mencerminkan rotasi sektor dan tekanan jangka pendek, bukan penurunan kualitas bisnis.

Advertisement

Baca juga: BBCA Jadi Kunci Strategi Saham 2026 IHSG Diproyeksi 9.440, Ini Daftar Saham Pilihan BRI Danareksa

Analis Melihat Peluang di Balik Tekanan

Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menilai saham BBCA justru menarik untuk dicermati menjelang 2026.

“Secara valuasi, saham BBCA masih berada pada level fair hingga undervalued,” ujar Liza kepada Kontan.

Ia menetapkan target harga BBCA di level Rp9.100 per saham dalam 12 bulan ke depan. Menurutnya, prospek BBCA ditopang oleh beberapa faktor utama:

  • Agenda buyback saham oleh manajemen
  • Pertumbuhan kredit yang berangsur membaik
  • Potensi peningkatan aktivitas transaksi perbankan pada 2026

Dampak Buyback Saham pada Nilai Saham

Buyback saham dapat memberikan dampak positif pada nilai saham perusahaan. Dengan mengurangi jumlah saham yang beredar, laba per saham (EPS) dapat meningkat, yang berpotensi mendorong harga saham naik. Buyback juga dapat memberikan sinyal positif kepada pasar bahwa manajemen percaya pada nilai perusahaan dan prospek masa depan. Namun, efek buyback terhadap harga saham tidak selalu langsung signifikan, tergantung pada skala buyback, kondisi pasar, dan keberlanjutan kinerja fundamental perusahaan ke depan.

Meski menjadi pemberat IHSG sepanjang 2025, BBCA tetap menunjukkan karakter saham blue chip sejati, kinerja stabil, dividen konsisten, dan neraca keuangan kuat. Bagi investor yang membidik arus kas dividen sekaligus potensi pemulihan harga, tekanan saat ini bisa menjadi momen strategis untuk mulai mencermati BBCA, bukan justru menghindarinya.

Klik mureks untuk tahu artikel menarik lainnya!

Advertisement
Mureks