Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) sekaligus pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka, Syarif Yunus, menegaskan bahwa kecerdasan dan kreativitas anak tidak semata-mata berasal dari buku atau lingkungan sekolah formal. Menurutnya, kebiasaan sederhana seperti belajar dan bergaul di taman bacaan justru mampu mendorong tumbuh kembang anak secara lebih optimal.
“Anak yang cerdas dan kreatif, tidak semuanya dari buku. Bukan pula dari sekolah,” ujar Syarif Yunus pada Minggu, 28 Desember 2025. Ia menekankan pentingnya memberikan ruang bagi anak untuk bereksplorasi dan belajar bersama teman-teman sebaya sebagai kunci utama.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
KElas PRAsekolah (KEPRA): Ruang Ekspresi Sosial Anak
Di TBM Lentera Pustaka, melalui program KElas PRAsekolah (KEPRA), anak-anak dilatih untuk mengembangkan berbagai aspek. Program ini tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif, melainkan juga melatih anak berdialog, bertindak aktif, bermain bersama, belajar calistung (membaca, menulis, berhitung), hingga menata emosinya sendiri.
Syarif Yunus menjelaskan, “Mengikuti aturan main di taman bacaan, sangat penting dalam membiasakan anak untuk paham dan lebih percaya diri.” Ia menambahkan bahwa KEPRA TBM Lentera Pustaka berfungsi sebagai ruang ekspresi sosial bagi anak, yang tidak melulu berkutat pada aspek otak atau pengetahuan semata.
Anak-anak saat ini membutuhkan ruang yang memungkinkan mereka berani mencoba tanpa takut salah. Mereka juga perlu belajar bekerja sama dengan teman sebaya tanpa prasangka, serta memahami lingkungan di hadapan mereka. Syarif Yunus juga mengingatkan para orang tua agar tidak terburu-buru mengoreksi setiap tindakan anaknya.
“Biarlah si anak mencoba dan melakukannya. Menggambar, mewarnai, atau menyusun bentuk sesuka hati,” katanya. Dari aktivitas sederhana inilah, anak-anak belajar kreativitas, melatih ekspresi, dan pada akhirnya memahami sebab akibat dari tindakan mereka.
Belajar untuk Bertahan Hidup, Bukan Sekadar Pintar
Proses belajar, menurut Syarif Yunus, membutuhkan waktu dan komitmen bersama. Penting untuk membiasakan anak-anak terlibat dalam aktivitas positif yang melatih bukan hanya otak, tetapi juga aspek emosional dan sosial mereka. “Tidak hanya spiritual tapi sosial. Semuanya harus seimbang dan diberikan kepada anak,” tegasnya.
Ia mengkritik pandangan yang terlalu memberatkan pada intelektual atau kecerdasan semata. “Jangan hanya memberatkan pada intelektual, kecerdasan dan apalah itu namanya yang melulu soal otak. Karena belajar di mana pun itu untuk memberi bekal kepada anak, bukan menargetkan nilai bagus,” jelasnya.
Syarif Yunus menutup dengan pesan kuat, “Belajar itu bukan untuk pintar tapi untuk bertahan hidup di masa depan. Dan tidak semuanya dari buku. Salam literasi!” Program KEPRA TBM Lentera Pustaka sendiri masih aktif mengajarkan calistung hingga akhir tahun 2025 ini, sebagai bagian dari komitmen mereka terhadap literasi yang holistik.






