Nasional

Di Tengah Gemerlap Media Sosial, Mengapa Generasi Muda Kerap Merasa Tertinggal di Usia 20-an?

Di usia dua puluhan, banyak individu merasakan tekanan yang mendalam, seolah hidup mereka belum banyak berkembang dibandingkan dengan teman-teman sebaya. Fenomena ini diperparah oleh gemerlap media sosial yang kerap menampilkan pencapaian, mulai dari wisuda, pekerjaan idaman, hingga stabilitas finansial, memicu pertanyaan reflektif, “Kapan giliranku?”

Perasaan tertinggal ini bukanlah pengalaman yang terisolasi, melainkan dialami oleh banyak orang. Tekanan tersebut bersumber dari berbagai arah: ekspektasi keluarga akan kesuksesan yang cepat, lingkungan yang kompetitif, serta algoritma media sosial yang secara konstan menyajikan sisi terbaik kehidupan orang lain. Kita cenderung melihat pencapaian orang lain sebagai garis finis, padahal kita sendiri mungkin baru saja memulai perjalanan.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Fase Transisi dan Perbandingan Sosial

Fase peralihan menuju usia dewasa seringkali diwarnai kebingungan. Banyak dari generasi muda masih dalam proses pencarian arah hidup, bahkan ada yang beralih jurusan atau pekerjaan, hingga merasa salah jalur. Ironisnya, kegagalan atau proses adaptasi yang lambat jarang dibicarakan secara terbuka, membuat mereka yang belum mencapai target tertentu merasa semakin tersesat.

Padahal, setiap individu memiliki waktu dan jalurnya masing-masing. Tidak semua orang mencapai kesuksesan atau stabilitas di usia yang sama. Ada yang lebih cepat menemukan jalannya, sementara yang lain membutuhkan waktu lebih lama, dan hal tersebut sama sekali tidak mengindikasikan kegagalan.

Fokus pada Perkembangan Pribadi

Daripada terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain, akan lebih menenangkan jika fokus dialihkan pada perkembangan pribadi. Langkah ini bisa dimulai dari hal-hal kecil yang berada dalam kendali kita, seperti memperbaiki kebiasaan, berani mencoba peluang baru, dan merawat kesehatan mental.

Berjalan pelan bukanlah masalah, asalkan tetap ada pergerakan dan kemajuan. Pada akhirnya, perasaan bahwa kita ketinggalan hanyalah sebuah persepsi, bukan fakta yang akan menentukan masa depan. Hidup bukanlah sebuah kompetisi kecepatan, melainkan perjalanan panjang dengan ritme masing-masing. Selama upaya terus dilakukan, masa depan akan selalu menawarkan banyak kesempatan yang bisa dikejar.

Mureks