Pyongyang kembali unjuk kekuatan militer menjelang akhir tahun 2025. Korea Utara dilaporkan telah melakukan uji tembak dua rudal jelajah strategis jarak jauh ke laut, dengan Pemimpin Tertinggi Kim Jong Un mengawasi langsung latihan tersebut.
Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) melaporkan, uji coba tersebut berlangsung pada Minggu (28/12/2025) waktu setempat di atas Laut Kuning. Latihan ini disebut bertujuan untuk meninjau “postur respons serangan balik dan kemampuan tempur sub-unit rudal jarak jauh.”
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Dalam kesempatan tersebut, Kim Jong Un menegaskan ambisi Pyongyang untuk terus memperkuat kekuatan militernya, terutama senjata nuklir. “Pemerintah dan partai akan seperti biasa mencurahkan semua upaya mereka untuk pengembangan tanpa batas dan berkelanjutan dari kekuatan tempur nuklir negara,” ujar Kim, seperti dikutip KCNA pada Senin (29/12/2025).
Uji tembak ini disinyalir merupakan yang pertama sejak awal November. Militer Korea Selatan mengonfirmasi telah mendeteksi peluncuran beberapa rudal dari wilayah Sunan, dekat Pyongyang, demikian dilaporkan kantor berita Yonhap mengutip otoritas militer Seoul.
Ketegangan Geopolitik dan Respons Internasional
Langkah terbaru Korea Utara ini terjadi di tengah ketegangan geopolitik yang masih belum mereda di Semenanjung Korea. Sebelumnya, pada 6 November, Pyongyang juga telah melakukan uji coba rudal balistik. Kejadian itu berlangsung hanya beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan minat untuk kembali bertemu Kim Jong Un dalam kunjungannya ke kawasan tersebut. Hingga saat ini, belum ada respons resmi dari Korea Utara terkait tawaran pertemuan tersebut.
Pada periode yang sama, Presiden Trump juga menyetujui rencana Korea Selatan untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir. Para analis menilai bahwa langkah Seoul tersebut berpotensi memicu reaksi keras dari Pyongyang, yang kemungkinan akan merespons dengan peningkatan aktivitas militer.
Dalam beberapa tahun terakhir, Korea Utara memang secara signifikan meningkatkan frekuensi uji coba rudal. Analis menginterpretasikan langkah ini sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan serangan presisi, menantang Amerika Serikat dan Korea Selatan, serta menguji sistem senjata sebelum potensi ekspor, termasuk ke Rusia.
Sejak pertemuan puncak antara Kim Jong Un dan Donald Trump pada 2019 berakhir tanpa kesepakatan mengenai denuklirisasi dan pencabutan sanksi, Pyongyang berulang kali menegaskan statusnya sebagai negara nuklir yang “tidak dapat diubah.” Posisi Kim juga dinilai semakin percaya diri di tengah konflik di Ukraina, terutama setelah Korea Utara disebut mengamankan dukungan strategis dari Moskow pasca-pengiriman ribuan pasukan untuk membantu Rusia.






