Berita

Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Muhammad Jazir ASP Meninggal Dunia, Tinggalkan Jejak Dakwah Pemberdayaan

Advertisement

Yogyakarta – Kabar duka menyelimuti dunia dakwah Indonesia. Ustaz Muhammad Jazir ASP, Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Yogyakarta sekaligus Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Jogokariyan, meninggal dunia pada Senin, 22 Desember 2025.

Informasi wafatnya tokoh yang dikenal sebagai penggerak dakwah akar rumput ini disampaikan melalui akun Instagram resmi @masjidjogokariyan. Jenazah disemayamkan di Masjid Jogokariyan untuk dimandikan dan dishalatkan, sebelum akhirnya dimakamkan usai salat Zuhur pada hari yang sama.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Profil Muhammad Jazir ASP: Penggerak Dakwah dan Pemberdayaan

Muhammad Jazir ASP lahir di Yogyakarta pada 28 Oktober 1962. Kedekatannya dengan aktivitas kemasjidan telah terjalin sejak usia dini, mengingat ia adalah putra dari imam pertama Masjid Jogokariyan. Sejak kelas lima sekolah dasar, Jazir sudah akrab dengan lingkungan masjid.

Bakat kepemimpinannya mulai terlihat sejak anak-anak. Pada usia 10 tahun, ia dipercaya memimpin pengajian anak-anak di sebuah langgar kecil di pinggiran selatan Yogyakarta. Empat tahun kemudian, ia maju sebagai ketua remaja masjid, sebuah fase yang turut mengasah kemampuannya dalam mengelola kegiatan keislaman.

Pada era 1990-an, ketika suksesi kepala takmir masjid umumnya berjalan melalui aklamasi atau diteruskan oleh wakil, Jazir menolak mekanisme tersebut. Ia mendorong agar pemilihan ketua takmir dilakukan secara terbuka oleh jamaah. Usulan ini akhirnya dijalankan pada tahun 1999, dan Jazir terpilih sebagai ketua takmir. Peristiwa ini menandai tonggak pertama penyelenggaraan kepemimpinan masjid secara demokratis di Jogokariyan.

Pengalaman berharga lainnya yang membentuk cara pandangnya adalah kunjungannya ke Malaysia dalam rangka pendidikan Al-Qur’an. Di sana, ia menyaksikan langsung bagaimana peran imam masjid tidak hanya terbatas pada ritual keagamaan, melainkan juga mencakup peran sosial sebagai rujukan warga. Gagasan ini kemudian ia bawa dan terapkan di Jogokariyan, dengan mengarahkan pengurus masjid untuk turut menjawab kebutuhan sosial-ekonomi jamaah.

Jazir menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga dan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Ia juga aktif dalam berbagai organisasi dan lembaga, termasuk Tim Ahli Pusat Studi Pancasila UGM, Wakil Ketua Pengarah AYODYA, Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan, Presiden Direktur BKPAKSI, serta anggota Komisi Dakwah MUI DIY.

Pelopor Konsep Saldo Nol dan Masjid Sahabat Duafa

Sejak awal kepemimpinannya, Muhammad Jazir ASP menempatkan masjid sebagai ruang yang hadir untuk warga, terutama mereka yang hidup dalam keterbatasan. Gagasan ini terwujud dalam pendekatan khas yang dikenal sebagai konsep saldo masjid nol. Berbeda dengan kebanyakan masjid yang cenderung mengumpulkan dana besar dan membiarkannya mengendap, Jazir mendorong agar dana infak yang masuk segera didistribusikan kembali ke masyarakat melalui program-program nyata.

Dana masjid, menurutnya, harus dijadikan energi sosial yang terus berputar: dihimpun dari jamaah dan dikembalikan kepada jamaah melalui layanan serta pemberdayaan. Salah satu program inovatif yang ia gagas adalah ATM Beras, yang memungkinkan jamaah tidak mampu mengambil beras secara gratis dengan sistem kartu, sementara jamaah mampu dapat menjadi donatur pengisi.

Jazir juga menginisiasi wakaf produktif, termasuk pembelian sawah, yang hasil panennya digunakan untuk mendukung ketahanan pangan jamaah. Dalam konteks ini, masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjelma sebagai pusat distribusi kesejahteraan sosial.

Advertisement

Program pemberdayaan lainnya yang dikembangkan di bawah kepemimpinannya sangat beragam, antara lain pasar sore Ramadan, peci batik Jogokariyan, angkringan berbasis jamaah, layanan kesehatan atau poliklinik, dan usaha katering. Semua inisiatif ini diarahkan untuk menggerakkan ekonomi jamaah dan menciptakan kemandirian berbasis komunitas masjid.

Jazir juga dikenal dengan sikap tegasnya terhadap pengabaian kaum miskin. Ia pernah berujar:

“Tidak mengajak memberi makan orang miskin itu mendustakan agama. Masjidnya bagus, ada tetangga tidak punya beras, tidak peduli. Itu bukan masjid, itu candi.”

Duka Cita dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Wafatnya Ustaz Jazir pada Senin, 22 Desember 2025, segera mengundang respons luas dari masyarakat, para tokoh dakwah, serta jajaran Persyarikatan Muhammadiyah. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyampaikan duka cita yang mendalam atas berpulangnya tokoh yang disebutnya sebagai kader istimewa tersebut.

“Almarhum adalah kader Muhammadiyah yang dikenal tekun, gigih, dan memiliki komitmen kuat dalam menggerakkan dakwah Persyarikatan di tingkat akar rumput. Kiprahnya dalam membangun dan mengembangkan Masjid Jogokariyan menjadi teladan bagi gerakan masjid di Indonesia,” ujar Haedar, Senin, 22 Desember 2025.

Haedar menambahkan bahwa dedikasi Jazir bersifat menyeluruh, tidak hanya pada aspek ritual keagamaan, tetapi juga pada penguatan peran sosial, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi masjid.

“Dedikasi Kiai Muhammad Jazir ASP dalam memakmurkan Masjid Jogokariyan tidak hanya berdampak pada aspek ritual keagamaan, tetapi juga pada penguatan fungsi sosial, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan misi Muhammadiyah dalam menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan umat dan transformasi sosial,” tambahnya.

Sebagai bentuk penghormatan, Haedar mendoakan agar almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT dan agar keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan untuk melanjutkan perjuangan dakwah serta keteladanan yang telah diwariskannya.

“Semoga almarhum husnul khatimah, diampuni segala khilafnya, diterima amal ibadahnya, serta mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Warisan keteladanan, semangat dakwah, dan pengabdian yang telah ditorehkan akan terus hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi penerus,” tutup Haedar.

Model pengelolaan masjid yang diwariskan oleh almarhum telah menjadikan Masjid Jogokariyan sebagai rujukan nasional bagi masjid-masjid lain yang ingin menjadi pusat peradaban. Meski kepergian Muhammad Jazir menjadi kehilangan besar, warisan pemikiran dan semangat pengabdiannya diyakini akan terus menginspirasi.

Advertisement
Mureks