Nasional

Kapolri Listyo Sigit: Indonesia Mampu Atasi Gejolak Sosial, Belajar dari Negara Lain

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menyoroti serangkaian insiden kerusuhan yang melanda beberapa negara sepanjang tahun 2025, termasuk Nepal, Myanmar, dan Brasil. Ia menegaskan bahwa Indonesia juga sempat menghadapi dinamika serupa, namun berhasil mengatasinya.

Pernyataan tersebut disampaikan Sigit dalam kegiatan Rilis Akhir Tahun Polri 2025 di Gedung Rupatama, Mabes Polri, Jakarta, pada Selasa (30/12/2025).

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Dampak Kerusuhan Global: Dari Nepal hingga Brasil

Sigit secara rinci memaparkan insiden di Nepal yang terjadi pada 8 hingga 14 September 2025. Kerusuhan tersebut dipicu oleh generasi Z yang menuntut pelarangan 26 platform media sosial dan isu antikorupsi, mengakibatkan 72 orang meninggal dunia.

“Kita juga dihadapkan pada fenomena kerusuhan di berbagai negara yang terjadi beberapa waktu yang lalu, yaitu Nepal pada tanggal 8 sampai dengan 14 September 2025. Di mana Gen Z memicu pelarangan 26 platform media sosial dan tuntutan antikorupsi yang berdampak kepada 72 orang meninggal dunia,” ujar Sigit.

Dampak ekonomi dari kerusuhan di Nepal sangat signifikan. Hampir setengah produk domestik bruto (PDB) negara tersebut terdampak, nilai mata uang melemah 0,13%, dan sektor perhotelan serta otomotif mengalami kerugian triliunan rupiah. Pertumbuhan ekonomi Nepal pun merosot jauh di bawah 1%.

“Memunculkan dampak juga di bidang ekonomi, hampir setengah PDB Nepal terdampak, mata uangnya melemah 0,13%. Sektor perhotelan, sektor otomotif mengalami kerugian triliunan, dan pertumbuhan ekonomi juga merosot jauh di bawah 1%,” kata Sigit.

Dari sisi keamanan, kerusuhan di Nepal memicu vandalisme, pembakaran, penjarahan, serta krisis kepercayaan publik terhadap pemerintah dan media.

Sigit juga menyinggung kerusuhan di Myanmar pada 11 Desember 2025, yang terjadi akibat meningkatnya operasi untuk merebut wilayah wilayah kelompok perlawanan. Situasi ini berdampak pada defisit anggaran yang mencapai 6,9% dari PDB, serta memicu ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah dan negara, sehingga masyarakat tidak dapat beraktivitas secara normal.

“Di Myanmar juga sama, pada tanggal 11 Desember 2025 terjadi kerusuhan akibat meningkatnya operasi untuk merebut wilayah kelompok perlawanan,” ucapnya.

“Ekonomi terdampak, defisit anggaran mencapai 6,9% dari PDB, dan muncul ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah dan negara, serta masyarakat sehingga tidak dapat beraktivitas dengan normal,” tambah Sigit.

Insiden lain yang disorot adalah baku tembak antara kepolisian dan kartel narkoba di Rio de Janeiro, Brasil, pada 28 Oktober 2025. Peristiwa ini melumpuhkan perekonomian, berdampak pada pusat perbelanjaan dan kawasan niaga, serta mengganggu transportasi.

“Itu juga berdampak terhadap perekonomian yang menjadi lumpuh, pusat-pusat perbelanjaan dan kawasan niaga juga terdampak, serta gangguan transportasi. Pembakaran, penyerangan kantor polisi, runtuhnya kepercayaan negara, meningkatnya kekerasan, dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap hukum. Itu semua menjadi bagian yang tidak bisa dihindari,” lanjut Sigit.

Indonesia Mampu Atasi Tantangan Serupa

Dalam konteks nasional, Sigit mengakui bahwa Indonesia juga sempat menghadapi dinamika serupa pada akhir Agustus 2025, yang ia sebut sebagai ‘Agustus Kelabu’ atau ‘September Gelap’.

“Alhamdulillah beberapa waktu yang lalu, kita Indonesia juga mengalami hal yang sama, khususnya pada saat peristiwa di akhir Agustus yang biasa kita sebut dengan ‘Agustus Kelabu’ ataupun ‘September Gelap’,” kata Sigit.

Namun, ia menegaskan bahwa Indonesia mampu melewati seluruh tantangan tersebut. Peristiwa yang terjadi dapat segera diatasi, dan dampak serius dapat dimitigasi sehingga tidak terjadi seperti di negara-negara lain.

“Namun Alhamdulillah kita semua, Indonesia, mampu melewati seluruh tantangan tersebut sehingga peristiwa yang terjadi dapat segera kita atasi, dan dampak serius yang terjadi bisa kita mitigasi sehingga tidak terjadi seperti di negara-negara lain,” tandasnya.

Mureks