LONG XUYEN – Masjid Salamad, rumah ibadah tertua dan pertama bagi komunitas muslim di Kota Long Xuyen, Vietnam, resmi diresmikan kembali pada Jumat (5/12/2025). Pembangunan ulang masjid bersejarah ini terwujud berkat sedekah jariyah donatur Indonesia melalui Lembaga Amil Zakat Nasional Daarut Tauhiid Peduli (DT Peduli) bersama anggota Humanitarian Forum Indonesia (HFI) serta dukungan penuh dari pemerintah Indonesia.
Simbol Toleransi dan Persaudaraan Islam Indonesia
Deputi Bidang Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Warsito, turut hadir mewakili Menko PMK dalam peresmian tersebut. Dalam sambutannya, Warsito menekankan bahwa kehadiran Masjid Salamad yang baru ini menjadi representasi penting wajah Islam Indonesia yang damai dan penuh toleransi di kancah internasional.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
“Kami akan memastikan bahwa muslim Indonesia sangat toleran dan penuh dengan kerukunan dan keharmonisan. Pembangunan ini adalah wujud untuk terus bekerja sama dalam bidang dakwah, ekonomi, pendidikan, dan sosial,” tegas Warsito.
Perjalanan Panjang Masjid Salamad
Masjid Salamad bukanlah bangunan yang sepenuhnya baru. Sejak didirikan pada tahun 1953, masjid ini telah menjadi pusat kegiatan keagamaan, tempat shalat, dan i’tikaf bagi komunitas muslim setempat. Namun, seiring berjalannya waktu, bangunan lama mengalami pelapukan dan sempat terdampak parah oleh banjir besar pada tahun 1978.
Muwakif Masjid Salamad sekaligus Ketua Komunitas Islam di Long Xuyen, Mr. Zach, menyampaikan rasa terima kasihnya. “Izinkan kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang sudah membantu dan mendukung pembangunan Masjid Salamad. Masjid ini sudah ada sejak 1953, tapi karena lapuk termakan usia, menjadi masjid tua. Masjid ini menjadi tempat shalat dan i’tikaf. Tahun 1978 pernah terdampak banjir,” ujarnya.
Hubungan Diplomatik dan Tantangan Pembangunan
Direktur Eksekutif Humanitarian Forum Indonesia (HFI), Surya Rahman, menjelaskan bahwa pembangunan masjid ini memiliki makna lebih dari sekadar proyek fisik. Ia melihatnya sebagai bagian dari jalinan persaudaraan bangsa yang telah terjalin lama.
“Ini bukan hanya hubungan pembangunan masjid saja, tapi juga secara tidak langsung menunjukkan hubungan diplomatik yang sudah terjalin sejak dulu dengan Campa. Pembangunan masjid ini awalnya dirancang enam bulan, tapi karena perizinan dan cuaca, prosesnya menjadi sekitar satu setengah tahun,” terang Surya.
Peran DT Peduli dan Penantian Jemaah
Direktur Utama LAZ DT Peduli, Jajang Nurjaman, menambahkan bahwa Masjid Salamad merupakan simbol kuat persaudaraan umat Islam di kawasan ASEAN, termasuk antara Indonesia dan Vietnam. Ia mengisahkan, sebelum dibangun kembali, masjid lama sempat dirobohkan karena adanya janji dari pihak lain untuk membangun ulang. Namun, janji tersebut tak kunjung terealisasi hingga dua tahun berlalu.
Selama masa penantian yang penuh ketidakpastian itu, jemaah terpaksa melaksanakan ibadah di atas rumah salah satu warga, sebuah bedeng kayu lapuk di tengah kota Long Xuyen dengan ruang yang sangat terbatas untuk shalat berjamaah.
“Alhamdulillah, DT Peduli bersama anggota HFI lainnya bahu-membahu membangun masjid ini. Masjid ini adalah simbol persaudaraan umat Islam negara-negara ASEAN dan mudah-mudahan dapat menyebarkan dakwah Islam rahmatan lil ‘alamin,” kata Jajang.
Bagi DT Peduli, terwujudnya Masjid Salamad adalah hasil dari kepercayaan dan kebaikan para donatur. Sedekah jariyah yang diamanahkan melalui DT Peduli kini telah menjelma menjadi rumah ibadah yang diharapkan akan terus mengalirkan pahala dari setiap rakaat shalat, setiap ayat Al-Qur’an yang dibaca, hingga setiap doa yang dipanjatkan di dalamnya.






