JAKARTA, 30 Desember 2025 – Pasar modal Indonesia menorehkan catatan impresif di penghujung tahun 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat signifikan sebesar 21,88 persen per 29 Desember 2025, menjadikannya kinerja tahunan terbaik dalam satu dekade terakhir.
Pencapaian gemilang ini, menurut Investment Specialist PT Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), Azharys Hardian, didorong oleh perubahan fundamental dalam risk appetite investor. Azharys menjelaskan bahwa kesediaan dan kemampuan investor untuk mengambil risiko demi imbal hasil yang lebih tinggi menjadi faktor utama.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
“Kinerja ini didorong oleh perubahan signifikan dalam risk appetite investor, yang tercermin dari maraknya 26 saham IPO (didominasi oleh emiten konglomerasi) serta lonjakan kinerja sektor-sektor utama,” ujar Azharys kepada Kompas.com, Selasa (30/12/2025).
Sektor Teknologi Pimpin Penguatan
Penguatan IHSG secara substansial ditopang oleh kinerja cemerlang dari beberapa sektor kunci. Sektor teknologi (IDXTechno) menjadi primadona dengan mencatatkan lonjakan hingga 137 persen sepanjang tahun 2025.
Tidak hanya teknologi, sektor industri (IDXIndustr) juga menunjukkan performa luar biasa dengan penguatan 110 persen. Sementara itu, sektor infrastruktur (IDXInfra) turut berkontribusi dengan kenaikan 78 persen.
Azharys menambahkan, reli tajam ini mencerminkan optimisme pasar terhadap akselerasi transformasi digital nasional. Selain itu, peningkatan belanja modal domestik, baik dari sektor swasta maupun pemerintah, juga menjadi katalis positif bagi pasar.
Prospek 2026: Selektivitas dan Sektor Energi
Meski demikian, Azharys mengingatkan bahwa lonjakan tajam IHSG sepanjang 2025 menuntut kehati-hatian investor saat memasuki fase pasar berikutnya di tahun 2026. Pendekatan investasi tidak lagi bisa disamakan dengan strategi saat pasar berada dalam fase reli kuat.
Setelah lonjakan signifikan, investor perlu bersikap lebih selektif dalam memilih sektor dan instrumen investasi. Fokus tidak lagi semata mengejar pertumbuhan cepat, melainkan memastikan keberlanjutan kinerja portofolio di tengah potensi peningkatan volatilitas pasar.
Dalam konteks ini, sektor energi, khususnya minyak dan gas bumi (migas), dinilai layak untuk dicermati. Sepanjang tahun 2025, harga minyak Brent berada dalam tekanan, sehingga membuka peluang terjadinya rebound pada tahun berikutnya.
Potensi pemulihan harga migas didukung oleh sejumlah katalis, mulai dari keputusan produksi negara-negara OPEC yang berpotensi mengetatkan pasokan, hingga dinamika geopolitik global yang kerap memengaruhi stabilitas suplai energi. Kondisi ini membuat sektor migas memiliki daya tarik tersendiri sebagai sumber pertumbuhan baru ketika sektor-sektor yang sebelumnya reli besar mulai mengalami konsolidasi.
“Memasuki tahun 2026, strategi investasi harus bergeser menjadi lebih selektif. Saya menyarankan investor untuk mencermati sektor energi, khususnya migas, karena harga Brent Oil yang tertekan sepanjang 2025 berpotensi rebound didukung oleh katalis seperti keputusan produksi OPEC dan dinamika geopolitik,” paparnya.






