Di bawah megahnya Gunung Gamalama, Ternate, sebuah kisah perjuangan dan harapan baru terukir. Subuh Kapita (78), seorang nenek tangguh, kini bisa bernapas lega setelah program Sekolah Rakyat dan berbagai bantuan sosial dari Kementerian Sosial (Kemensos) menyentuh kehidupannya dan sang cucu, Rafli Guntur (12).
Keseharian Subuh Kapita di kampung kecil Sulamadaha, kaki Gunung Gamalama, dimulai dengan sederhana. Di dapur berdinding anyaman bambu, ia berjuang menafkahi Rafli Guntur yang kini berusia 12 tahun. Ayah Guntur telah lama meninggal, sementara sang ibu mengalami gangguan psikologis dan tak lagi mampu bekerja.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Sejak itu, Subuh memikul semua tanggung jawab seorang diri. Mulai dari mencari kayu bakar, berkebun, hingga memastikan Guntur tetap bisa makan dan sekolah. Rumah mereka hanya berdinding papan lapuk dan berlantaikan tanah. Saat hujan, air menetes dari atap, memaksa Subuh memindahkan tikar agar cucunya tidak kedinginan.
Fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) mereka pun jauh dari layak, hanya berupa kubangan kecil berdinding terpal tanpa penutup. Namun, Subuh jarang mengeluh. Ia hanya berdoa agar Guntur kelak memiliki kehidupan yang lebih baik darinya.
Sentuhan Bantuan Kemensos dan Sekolah Rakyat
Harapan Subuh mulai terwujud ketika Kemensos menyalurkan bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) dan program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) bagi keluarganya. Setelah survei oleh Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda dan Sekretaris Jenderal Kemensos Robben Rico pada Mei 2025, proses renovasi rumah pun dimulai.
Kini, rumah Subuh berdiri kokoh dengan dinding tembok dan atap baru. “Sudah selesai, jadi bagus sekarang, alhamdulillah. Tinggal menunggu diresmikan,” ujar Subuh dengan raut wajah yang lebih tenang, Jumat (26/12/2025).
Kebahagiaan Subuh semakin bertambah ketika Rafli Guntur diterima di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 26 Ternate. Program prioritas Presiden Prabowo Subianto yang didukung Kemensos ini memberikan pendidikan gratis bermodelkan asrama bagi anak-anak dari lapisan termiskin dan terlantar.
“Senang sekali, semoga dia (Guntur) bisa belajar dengan baik dan supaya berprestasi. Saya sudah tua, tidak bisa lagi bantu banyak. Bersyukur sekali ada Sekolah Rakyat ini,” kata Subuh, mengungkapkan rasa syukurnya.
Sejak belajar di Sekolah Rakyat, Guntur menunjukkan kemandirian yang lebih besar. Ia kini bisa mencuci pakaiannya sendiri dan melakukan aktivitas rumah tanpa perlu diminta. Di sekitar rumahnya, deretan pohon kelapa dan pala tumbuh subur, mengingatkan pada masa-masa ia dulu membantu neneknya mencari buah.
Guntur pun tak ketinggalan menyampaikan rasa terima kasihnya. “Terima kasih kepada Pak Prabowo dan Menteri Sosial. Sudah bantu saya, sudah bantu Guntur bisa sekolah lagi. Sekarang rumah sudah lebih bagus, tidak takut kehujanan lagi saat badai datang. Alhamdulillah,” ucap Guntur.
Kisah Subuh Kapita dan Rafli Guntur menjadi bukti nyata bagaimana sentuhan program sosial dapat membawa perubahan signifikan dan membuka gerbang harapan bagi mereka yang paling membutuhkan di pelosok negeri.






